Keluarga Berpenghasilan Rendah Kurang Konsumsi Protein Hewani tapi Tinggi Makanan Bertepung, Apa Dampaknya?

Rumah tangga berpenghasilan rendah cenderung lebih sering mengonsumsi pangan nabati dan makanan bertepung.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori Diperbarui 21 Feb 2025, 08:36 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 08:36 WIB
Keluarga Berpenghasilan Rendah Kurang Konsumsi Protein Hewani, Apa Dampaknya?
Keluarga Berpenghasilan Rendah Kurang Konsumsi Protein Hewani, Apa Dampaknya? Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta Pemenuhan gizi tak lepas dari konsumsi produk peternakan seperti susu sapi hingga daging ternak.

Menurut Guru Besar Ekonomi Keperilakuan Produk Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Ir. Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah, konsumsi produk peternakan merupakan salah satu sumber protein. Ini memiliki peranan penting dalam pemenuhan gizi anak-anak.

Pemenuhan gizi yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sayangnya, hasil penelitian Mujtahidah menunjukkan, rumah tangga berpenghasilan rendah cenderung lebih sering mengonsumsi pangan nabati dan makanan bertepung. Sebaliknya, produk-produk hewani bernilai tinggi konsumsinya rendah.

“Rumah tangga yang berpenghasilan rendah lebih sering mengonsumsi pangan nabati dan makanan bertepung dalam jumlah besar daripada produk-produk hewani bernilai tinggi,” kata Mujtahidah dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar UGM pada Selasa (18/2/2025), di Yogyakarta.

Rendahnya konsumsi produk hewani bernilai tinggi disebabkan kelompok penghasilan rendah harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan dasar ketimbang gizi seimbang.

“Sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa rumah tangga kelompok ini harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pangan dasar,” jelas Mujtahidah.

Padahal, sambungnya, tingkat konsumsi susu yang rendah di Indonesia mengakibatkan rendahnya kualitas gizi balita dan anak.

“Yang dalam jangka panjangnya akan berdampak pada rendahnya sumber daya manusia (SDM).”

 

Minim Konsumsi Protein Hewani karena Faktor Ekonomi

Minimnya konsumsi protein hewani didasari faktor ekonomi. Keluarga berpenghasilan rendah cenderung sulit untuk mengakses bahan pangan yang mereka nilai mahal.

“Rumah tangga yang berpenghasilan rendah sulit untuk mengakses susu dan pangan hewani bernilai tinggi lain seperti daging.”

Ia pun menarik simpulan bahwa kurangnya konsumsi protein hewani sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat ekonomi. Harga yang tinggi menyebabkan orang memilih makanan protein hewani dengan kualitas yang lebih rendah. Konsumsi telur paling banyak di daerah pedesaan miskin.

“Asupan makanan dan status gizi yang terkait dengan pembangunan ekonomi didorong oleh interaksi harga dan pendapatan dengan inovasi dalam produksi, distribusi, dan pemasaran pangan,” ucapnya.

Mengenal Gizi Seimbang

Dalam keterangan lain, dokter spesialis gizi klinik dari RS EMC Cikarang, Noviyanti, menjelaskan arti gizi dan gizi seimbang.

Menurutnya, gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh.

“Sementara, gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh berdasar jenis kelamin, umur, status kesehatan, dan aktivitas fisik,” tulis Noviyanti di laman EMC dikutip pada Kamis (13/2/2025). 

Pola makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang berisiko mengalami kekurangan gizi seperti berat badan kurang. Dapat juga terjadi gizi berlebih (obesitas) yang dapat berisiko menyebabkan terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes melitus.

Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Secara umum fungsi-fungsi dari zat makanan adalah:

  • Sumber energi atau tenaga;
  • memelihara jaringan tubuh;
  • mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh;
  • berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

“Apabila tubuh tidak mendapatkan zat-zat gizi yang cukup, maka akan terjadi gangguan fungsi dalam tubuh,” jelas Noviyanti.

 

 

Prinsip Gizi Seimbang

Lebih lanjut, Noviyanti menjelaskan, prinsip gizi seimbang terdiri dari empat pilar yang pada dasarnya merupakan upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang masuk dan zat gizi yang keluar.

Empat pilar gizi seimbang terdiri dari:

  1. Mengonsumsi beranekaragam pangan dengan proporsi makanan yang seimbang (karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin).
  2. Membiasakan perilaku hidup bersih.
  3. Melakukan aktivitas fisik yang teratur.
  4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.

“Oleh karena itu diperlukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memilih makanan yang dikonsumsi sesuai kebutuhan agar mendapatkan gizi yang seimbang oleh dokter spesialis gizi klinik,” ujar Noviyanti.

Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025
Infografis Program Makan Bergizi Gratis Dimulai 6 Januari 2025. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya