Persaingan Ketat, PSK Maroko di Puncak Banting Harga

Tarif perempuan pekerja seks komersial (PSK) asal Maroko di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat turun.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 15 Agu 2016, 20:09 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2016, 20:09 WIB
Pengungkapan PSK Cantik Asal Maroko di Kawasan Puncak
Wanita asal Maroko menghindari sorotan kamera media saat berada di kantor Imigrasi, Jakarta, Kamis (11/6/2015). Dalam keterangannya, pihak Imigrasi mengamankan sejumlah wanita yang diduga PSK asal Maroko di Bogor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Tarif perempuan pekerja seks komersial (PSK) asal Maroko di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat turun. Bertambahnya jumlah PSK asal Timur Tengah (Timteng) ini disinyalir menjadi faktor utama anjloknya tarif kencan.

Kepala Pengawasan dan Penindakan Kantor Imigrasi Bogor Imigrasi Bogor Toto Satoto mengatakan, dari pengakuan para PSK Maroko yang terjaring di kawasan Puncak, Bogor, kini tarif mereka Rp 3 juta untuk sekali kencan.

"Awalnya Rp 5 juta, tapi sekarang Rp 3 juta untuk sekali kencan," kata Toto, Senin (15/8/2016).

Bertambahnya jumlah PSK Maroko disinyalir menjadi faktor utama anjloknya tarif kencan. Padahal, konsumen di Puncak relatif tetap.

"Kalau faktor utamanya saya enggak tahu. Tapi PSK ini ibarat gunung es. Jumlahnya bertambah terus, konsumen segitu saja," ujar dia.

Terlebih, lanjut Toto, PSK Maroko ini menolak melayani pria pribumi sehingga mereka harus bersaing ketat untuk mendapat pelanggan asal Timur Tengah.

"Alasan keamanan, mereka tidak mau kalau melayani pria lokal," kata dia.

Terorganisir

Kendati disinyalir jumlah PSK yang disebut Magribi ini terus bertambah, namun untuk menjaring praktik prostusi ini sulit dibongkar karena sangat tertutup dan terorganisir.

"Kemarin saja kami berhasil menangkap lima PSK Maroko dan satu orang diduga muncikari butuh waktu. Tidak bisa asal merazia saja," terang Toto.

Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Bogor Herman Lukman menjelaskan, keberadaan perempuan Maroko tersebut telah meresahkan masyarakat sekitar.

"Mereka kerap keluar setiap magrib dan melakukan pesta setiap malamnya, sehingga mengganggu ketertiban umum," ungkap Toto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya