Liputan6.com, Jakarta - Jagad lini masa riuh. Hari ini, Jumat 26 Agustus 2016, aktivis Wiji Thukul tepat berulang tahun. Tepat di usia ke-53, Wiji yang kerap menyuarakan penderitaan rakyat melalui kesenian ini belum diketahui rimbanya.
"Selamat ulang tahun, Wiji Thukul. Your memories won't gone, it lies with your immortal poem," cuit pemilik akun @ibamibam pukul 14.30, Jumat (16/8/2016)
Lain hal dengan @BangArdi14 yang mengaku mengagumi karya-karya Wiji. Dia menilai kata-kata yang dimanifestasikan ke dalam puisi karya Wiji adalah simbol perlawanan hingga saat ini.
Advertisement
"Selamat Ulang Tahun Wiji Thukul, Keberanianmu Abadi dan Kata-katamu belum binasa...," tulis @BangArdi14.
Tidak hanya ucapan selamat, ada pula yang mengunggah foto Wiji dan menyandingkannya dengan penggalan puisi Wiji.
"Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan, di sana bersemayam kemerdekaan, apabila engkau memaksa diam akan aku siapkan untukmu PEMBERONTAKAN - Wiji Thukul," kata @Rh_Kurniawan.
Wiji Thukul, lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963. Dia dikenal dengan karya-karya seninya yang menyentil kekuasaan Orde Baru. Dua bulan sebelum rezim kediktaktoran Soeharto tumbang, 21 Mei 1998, dia dinyatakan hilang.
Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) menyatakan Wiji adalah korban dari rezim Orde Baru. Dia dihilangkan secara paksa terkait dengan aktivitas keseniannya.
"Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif yang dilakukan ole rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," tulis Kontras dalam siaran persnya, April 2000 silam.
Pada Agustus 1996, Wiji pamit kepada istrinya, Sipon, untuk pergi bersembunyi. Sejak itu, ia mengembara dari satu kota ke kota lain, menghindar dari kejaran militer yang menganggap puisinya menghasut para aktivis untuk menentang rezim Soeharto. Namun, ia tak pernah pulang ke rumah.
Wiji lahir 23 Agustus 1963 di Solo. Aktif berkesenian sejak SMP ketika bergabung dengan Sanggar Teater Jagat. Lulus dari SMP, ia Thukul melanjutkan studi di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia meski tak sampai lulus. Di samping aktif berteater, Thukul juga menulis puisi. Puisinya pernah dibacakan di Radio PTPN Solo dan dimuat di sejumlah koran.
Pergumulannya dengan kesenian kerakyatan semakin intens ketika mulai mengembangkan aktivitas kesenian di kampung bersama teman-temannya, sesama kaum buruh.
Sampai hari ini, Thukul belum kembali. Hilang tak tentu rimba. Para anggota Tim Mawar, sekelompok anggota Kopassus yang melakukan penculikan para aktivis pada 1997-1998, dalam persidangan, mengaku tak membawa Thukul. (Linus Sandi Satya)