Dr Lie: Dari Keluarga Miskin, Motivasi Saya Layani Pasien Gratis

Setelah merintis Rumah Sakit Apung swasta pertama di Indonesia, kini dokter Lie Augustinus Dharmawan menjalankan program Dokter Terbang.

oleh Anri SyaifulDyah Puspita WisnuwardaniBenedikta Desideria diperbarui 16 Sep 2016, 16:23 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 16:23 WIB
Dokter Lie A. Dharmawan (Foto: Gempur M. Surya)
Dokter Lie A. Dharmawan

Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa tahun terakhir, nama dokter Lie Augustinus Dharmawan menjadi perbincangan di kalangan medis di Tanah Air. Saat usia memasuki masa pensiun, dokter lulusan University Hospital, Cologne dan Free University Berlin, Jerman, ini justru merintis Rumah Sakit Apung (RSA) swasta pertama di Indonesia, bahkan juga di dunia.

Tak hanya menolong mereka yang berada di pesisir pantai, dokter kelahiran Kota Padang pada 16 April 1946 itu bersama doctorSHARE menjalankan program Flying Doctors atau Dokter Terbang.

Program Flying Doctors mulai dilaksanakan sejak 2015. Program ini dijalankan karena tidak hanya orang di pesisir pantai saja yang membutuhkan bantuan medis tapi juga mereka yang berada di area pegunungan yang minim infrastruktur transportasi darat.

"Sehingga dibutuhkan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari untuk menghampiri RSA yang berlabuh di tepi pantai. Maka kami mengembangkan Dokter Terbang atau Flying Doctors untuk mencapai mereka yang bermukim di pegunungan," ucap dokter Lie saat berbincang dengan Liputan6.com, belum lama ini.

Dokter Lie bukanlah berasal dari keluarga dokter. Namun, layanan medis Rumah Sakit Apung dan Dokter Terbang adalah wujud kepedulian terhadap kemanusiaan, terutama terhadap pasien tak mampu yang berada di wilayah pegunungan terpencil seperti Papua.

Pengalaman Pahit Masa Kecil

Dokter spesialisasi beragam bedah ini pun teringat pengalaman pahit masa kecil. Saat itu adiknya yang usianya setahun di bawahnya meninggal karena penyakit diare.

"Karena kami berasal dari keluarga miskin, zaman itu di Sumatera juga jarang dokter dan obat-obatan juga sangat minim, tahun 1940-an. Jadi, adik saya meninggal. Ketika saya besar, ibu saya menceritakan kehilangan adik saya itu yang sakit diare," tutur dokter Lie.

"Lalu, terpikirkan oleh saya, oh alangkah bahagianya, orang-orang, keluarga, ibu, ayah tertentu bila anak mereka bisa ditolong. Itulah awalnya saya bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Dan ini berlanjut terus dan cita-cita ini tidak pernah hapus dari pikiran saya," dokter Lie menambahkan.

(Liputan6 TV)

Motivasi awal itu kemudian mendasari dokter Lie saat ini menjalankan layanan Rumah Sakit Apung dan Dokter Terbang. Kendati, ide pelayanan medis dengan sarana yang bergerak bukan sesuatu ide yang baru.

"Di Perang Dunia II ketika Eisenhower membawa tiga juta serdadu untuk mendarat di Pantai Normandi, setiap 20 kilometer, ia mendirikan sebuah rumah sakit darat dari truk-truk. Dan ide ini atau pelayanan ini masih ada sekarang," ujar dokter Lie.

Apa suka duka dokter Lie menjalankan program Rumah Sakit Apung dan Dokter Terbang? Simak selengkapnya wawancara khusus Liputan6.com dengan dokter Lie Augustinus Dharmawan berikut ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya