Liputan6.com, Jakarta - Presiden Jokowi mengungkap Indonesia mengalami kerugian besar dari tindakan illegal fishing atau pencurian ikan multinasional. Kerugian itu mencapai US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 259 triliun setiap tahun.
Jokowi mengatakan pencurian ikan tersebut juga mengancam sedikitnya 65 persen terumbu karang Indonesia.
Baca Juga
Hal itu disampaikan dalam sambutannya sebelum resmi membuka Simposium Kejahatan Perikanan Internasional II di Yogyakarta.
Advertisement
"Illegal fishing telah mengakibatkan kerugian ekonomi Indonesia sebesar US$ 20 miliar per tahun. Oleh karena itu, dalam 2 tahun terakhir Indonesia terus menjaga, berusaha mengamankan dari praktek IUU (Illegal, Unreported, and Unregulated) Fishing seperti penangkapan dan penenggelaman 236 kapal pencuri ikan," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Senin (10/10/2016).
Menurut dia, pemerintah telah melakukan sejumlah terobosan untuk mengantisipasi. Upaya itu pun tak sia-sia. Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dapat membalik keadaan setelah diterpa krisis ikan akibat pencurian.
"Dan hasil mulai terlihat. Tingkat eksploitasi ikan di Indonesia mengalami penurunan antara 30-35 persen sehingga memungkinkan kita meningkatkan stok nasional ikan dari 7.3 juta ton pada 2013 menjadi 9.9 juta ton di 2015," lanjut Joko Widodo.
Untuk itu, dia mengapresiasi kepercayaan global dengan menjadikan Yogyakarta, Indonesia, sebagai penyelenggaraan simposium kejahatan perikanan ini setelah sebelumnya sukses diselenggarakan di Cape Town, Afrika Selatan.
"Sangat penting bagi kita untuk memerangi kejahatan transnasional yang terorganisasi tersebut dengan kolaborasi global. Saya merasa terhormat dalam menyambut bapak, ibu, dan saudara sekalian di Yogyakarta dalam acara FishCrime Simposium yang kedua. Sungguh sebuah kebanggaan bagi Indonesia dapat kepercayaan dari komunitas internasional untuk menjadi tuan rumah dari acara yang sangat bergengsi," sambut Jokowi.
"The 2nd International Symposium on Fisheries Crime" merupakan simposium yang berpusat pada fokus pembahasan berbagai jenis kejahatan dalam rantai dalam rantai nilai perikanan. Baik itu kejahatan keuangan, asuransi, kepemilikan dan pendaftaran kapal, korupsi penerbitan izin, lisensi, penggelapan pajak, pencucian uang, perdagangan manusia dan perdagangan obat-obatan terlarang.
Dalam simposium di Yogyakarta ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akan menjadi keynote speaker dan disaksikan di hadapan perwakilan 45 negara dan organisasi internasional.
Pada laporan simposium pertama di Afrika Selatan, sedikitnya 59 kapal berhasil ditenggelamkan pada rentang waktu 2014 hingga 2015, dan 37 kapal ditenggelamkan hingga 18 Agustus 2015 dari berbagai kasus tindak kejahatan perikanan di Indonesia.