LSI Denny JA: 68,5 Persen Warga DKI Terganggu Kasus Ahok

Kebanyakan publik terlanjur menilai Ahok sudah bersalah. Dengan status Ahok yang sekarang, publik cenderung enggan untuk memilihnya kembali

oleh Moch Harun Syah diperbarui 14 Des 2016, 18:44 WIB
Diterbitkan 14 Des 2016, 18:44 WIB
Peneliti LSI Sebut Fadli Zon Intelektual yang Ceroboh
Menurut peneliti LSI Adjie Alfaraby, Fadli Zon telah melakukan tindakan ceroboh karena melaporkan Denny JA Pendiri LSI ke Polisi, Jakarta, Kamis (17/7/2014) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait Pilkada DKI Jakarta. Salah satu hasilnya adalah menguatnya keinginan warga DKI Jakarta untuk pemimpin baru. Kebanyakan warga yang ingin pemimpin baru karena terganggu dengan kasus hukum yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Tim peneliti LSI Adjie Alfarby mengatakan, ada 3 alasan yang menjadikan warga Jakarta butuh pemimpin baru. Yang pertama, publik merasa tidak nyaman dengan pro-kontra kasus yang menimpa Ahok. Dari data yang dikeluarkan LSI, ada sekitar 68,5 persen masyarakat terganggu. Sisanya atau sekitar 31,5 persen tidak menentukan pilihan.

"Dari berbagai pro dan kontra yang diwujudkan dalam bentuk aksi dukung atau tolak Ahok itu juga yang membuat masyarakat terganggu dan ingin perubahan, termasuk perubahan personel Gubernurnya," kata Adjie di kantornya, Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Ia melanjutkan, mayoritas publik merasa tidak ingin dipimpin orang dengan status tersangka. Dengan menjadi terdakwa, kebanyakan publik terlanjur menilai Ahok sudah bersalah. Dengan status Ahok yang sekarang, publik cenderung enggan untuk memilihnya kembali.

"Naiknya status Ahok jadi terdakwa memang tergantung proses peradilan. Namun sudah menjadi memori publik bahwa Ahok saat ini bersalah atas dugaan kasus penistaan agama. Status inilah yang menjadi hambatan psikologis publik untuk memilihnya kembali," tutur dia.

Terakhir, survey publik melihat adanya raport merah atas 4 kondisi kehidupan masyarakat di DKI Jakarta. Persepsi publik mengenai aspek politik, ekonomi, keamanan dan penegakan hukum cenderung negatif.

"Keempat hal itu menyebabkan warga Jakarta berasumsi buruknya 4 aspek itu dan menuntut adanya kepemimpinan baru," tandas dia.

Survei dilakukan secara tatap muka terhadap 440 responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Margin of Error survei ini plus minus 4.8%.

LSI menyatakan, survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan indepth interview).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya