Misteri Api di Kapal Zahro

Puluhan penumpang yang merupakan wisatawan dinyatakan tewas terbakar, sementara belasan lainnya masih dinyatakan hilang.

oleh RinaldoTaufiqurrohmanOscar FerriNafiysul QodarNanda Perdana Putra diperbarui 03 Jan 2017, 00:08 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2017, 00:08 WIB
Kapal kebakaran di Muara Baru
(Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Fajar hari pertama di tahun 2017 baru saja menyinsing seiring dengan banyak harapan positif yang dilontarkan pada malam sebelumnya. Namun, harapan kerap tak sejalan dengan kenyataan. Bahkan, ketika tahun 2017 baru dilalui dalam hitungan jam, kabar buruk sudah menyeruak.

Kapal Zahro Expres terbakar ketika melakukan pelayanan rutin pada jalur wisata Jakarta-Pulau Tidung, Minggu pagi 1 Januari 2017. Puluhan penumpang yang merupakan wisatawan dinyatakan tewas terbakar, sementara belasan lainnya masih dinyatakan hilang. Inilah tragedi di awal tahun yang harusnya bisa dicegah.

Tak kurang dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta maaf kepada keluarga korban dan menganggap musibah tersebut sebagai suatu kelalaian.

"Kami sampaikan maaf karena kejadian itu adalah satu kelalaian," ujar Budi di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (2/1/2017).

Budi mengatakan pihaknya tengah mengklarifikasi jumlah korban yang meninggal. Keluarga korban tewas akan diberikan santunan oleh Jasa Raharja. Santunan juga diberikan bagi korban yang selamat.

"Bagi dua orang (korban tewas yang sudah dibawa pulang keluarga), Jackson dan Elia, sudah bisa langsung berhubungan dengan Jasa Raharja. Bagi mereka yang masih sakit juga Jasa Raharja dan DKI memberikan santunan," ucap Budi.

Kapal Zahro Express tiba di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (1/1). Kapal yang kurang lebih mengangkut 100 penumpang itu, terlihat dalam kondisi gosong. (REUTERS/Darren Whiteside)

Selain itu, Budi juga mengucapkan belasungkawa bagi keluarga korban yang ditinggalkan. "Kami sekali lagi menyampaikan duka cita yang mendalam," kata Budi.

Ucapan duka juga datang dari Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan. Dia juga menyampaikan kekecewaannya karena tidak jelasnya manifest atau data penumpang kapal.

"Saya sebenarnya sangat kecewa dan prihatin dengan insiden ini. Apalagi masalah manifest abal-abal yang kembali terjadi untuk kesekian kalinya dalam dunia pelayaran kita," ucap dia.

Menurut Taufik, daftar manifest penumpang KM Zahro Expres ternyata abal-abal alias palsu. Hal itu dikarenakan bukan data sebenarnya antara penumpang yang ada di dalam kapal dengan yang menaikinya.

"Daftar manifest KM Zahroh ternyata abal-abal alias palsu atau enggak bener dari data sebenarnya. Tercatat 100 padahal ada 180 penumpang di kapal tersebut. Meski belum overload, tapi ini bentuk pelanggaran berat dan sudah melanggar SOP (Standar Operasional Prosedur)," papar dia.

Taufik juga meyakini jika nakhoda atau kapten kapal sudah melakukan pelanggaran. Karena menurut informasi yang ia dapat, nakhoda atau kapten kapal sudah loncat terlebih dahulu, bukan justru menyelamatkan penumpang.

"Tapi yang pasti abal-abal itu nakhoda atau kapten kapalnya, saya mendapatkan info jika dia loncat duluan ke laut menyelamatkan diri, ini pelanggaran berat etika profesi menurut saya. Memalukan, sangat memalukan. Seharusnya dia yang memimpin evakuasi dan penyelamatan penumpang, eh malah kabur duluan, asem," tutur dia.

Salah satu korban selamat dari insiden terbakarnya kapal penumpang Zahro Express di perairan Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu (Dok. Istimewa)

Politikus PAN ini merasa geram karena menurutnya apabila nakhoda atau kapten kapal menyelamatkan penumpang, mungkin korban kapal meninggal tidak akan sebanyak saat ini.

"Untuk manifest, patut diduga ini ada permainan, kenapa, karena oknum di kapal atau siapapun itu bisa mendapatkan pemasukan lebih dari penumpang yang digelapkan. Padahal, penumpang gelap tidak mendapatkan haknya, asuransi misalnya. Bukannya seluruh penumpang angkutan umum mendapatkan asuransi, dari situ saja sudah merugikan hak penumpang," tegas dia.

Yang jelas, Direktorat Polair Polda Metro Jaya sudah menahan satu orang nakhoda dan tiga anak buah kapal (ABK) KM Zahro Expres.

"Kita amankan nakhoda berikut tiga ABK, jadi ada empat orang," ujar Direktur Polair Polda Metro Jaya Kombes Hero Hendrianto Bachtiar ketika dikonfirmasi wartawan di Jakarta, Senin (2/1/2017).

Tak hanya itu, ujar Hero, polisi juga memeriksa dua pegawai Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan tiga penumpang kapal tersebut sebagai saksi. "Dua orang pegawai Dishub dari Syahbandar," Hero membeberkan.

Sembilan orang tersebut diamankan di kawasan Jalan Padamarang, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Polisi akan menggali seputar kronologi terbakarnya kapal bermuatan ratusan orang itu.

"Hasil awalnya nanti saja keterangan resmi dari humas," Hero menandaskan.

Kendati demikian, melihat proses terjadinya kebakaran di KM Zahro Expres, tak akan mudah untuk mengungkap penyebab kebakaran serta faktor penyebab banyaknya korban yang berjatuhan.

 

Analisa Awal KNKT

Ketua Tim Investigasi Pelayaran Kapal Motor Zahro Exspres KNKT, Kapten Aldrin Dalimunte mengatakan, penyelidikan terbakarnya kapal Zahro Exspres secara keseluruhan akan menghabiskan waktu hingga tiga bulan. Tentunya itu mencakup data valid mulai dari asal mula api juga jumlah pasti korban.

"Kira-kira dua sampai tiga bulan sudah menyimpulkan secara keseluruhan," tutur Aldrin di Pelabuhan Muara Angke, Pluit, Jakarta Utara, Selasa (2/1/2017).

Data sementara yang didapat saat ini, kapal Zahro sendiri memiliki alat penyelamatan yang lengkap. Hanya saja, akses keluar masuk ruangan di kabin kapal memang terbatas disebabkan ruangan ber-AC.

"Alat keselamatan lengkap berdasarkan data. Tapi akses keluar yang minim," jelas dia.

Sebab itu, upaya penyelamatan penumpang saat terjadi kebakaran menjadi tidak maksimal. Penumpang terhambat keluar karena pintu hanya muat satu orang sehingga berdesak-desakan.

Pencarian korban hilang dalam tragedi terbakarnya KM Zahro Expres berlangsung dari pukul 07.00 WIB sampai nanti pukul 16.00 WIB untuk mencari 17 korban hilang di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (2/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Kapal Zahro ini memiliki kabin yang tertutup dan kedap udara dari luar. Sebab menggunakan AC. Sementara, melihat di sini (kapal lainnya) tidak gunakan AC. Makanya kita ketahui kemarin saat kejadian kebakaran di Kapal Zahro Expres, penumpang itu berdesak-desakan di pintu bagian depan karena di bagian belakang kapal itu‎ api sudah muncul membesar," ujar dia.

"Jadi pintu keluar di kapal itu hanya di pintu bagian depan dan belakang. Akan tetapi ya, bisa dilihat kapal-kapal ini semua banyak pintunya. Itu artinya, banyak pintu untuk melakukan embarkasi seperti itu. Terserah penumpangnya kan mau lewat mana. Kalau di Zahro itu minim," tegas Aldrin.

Selain itu, KNKT juga menggunakan kapal pembanding untuk melakukan penyelidikan. Terlebih, kapal itu sendiri berbeda dengan yang biasanya berlabuh di Muara Angke, Jakarta Utara.

"Pagi sudah survei analisis terhadap kapal sejenis yang enggak jauh beda dengan konstruksi dan permesinan. Yang beda Kapal Zahro ini memiliki kabin tertutup yang kedap udara karena menggunakan AC. Yang banyak, kan, pada terbuka saja," tutur Aldrin.

Kapal Zahro Express yang terbakar di perairan Kepulauan Seribu, tiba di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Minggu (1/1). Dilaporkan sebanyak 23 orang meninggal dunia, 17 luka-luka, 17 orang hilang dan 194 orang selamat. (REUTERS/Darren Whiteside)

Kapal Zahro Exspres juga hanya memiliki satu mesin saja untuk memacu perjalanan antarpulau. Mesin tersebut membutuhkan minimal 300 liter solar untuk satu kali perjalanan.

"Mesin dari data yang didapat ini menggunakan mesin tertentu. Mesin itulah yang digunakan untuk mendapatkan daya AC juga," dia menjelaskan.

"Memang tergantung pembuatan pesanan dari pembeli. Mesin membuatnya ada yang dua, ada yang tiga. Kalau ada rusak satu ya ada cadangan. Kalau yang ini kan satu saja. Ya sudah (kalau rusak) digiring jadi biasanya," ucap Aldrin.

Hanya saja, ujar dia, dari sejumlah kemungkinan penyebab timbulnya api, panasnya mesin memiliki pengaruh paling kecil. Sebab, kapal tersebut masih tergolong baru dan memiliki mesin yang bagus.

"Kemungkinan (overheat) enggak karena mesin masih tergolong baru. Kapal, kan, baru 2013. Mereknya Nissan dengan kekuatan 500 mph," kata Aldrin.

 

Mereka yang Kehilangan

Sementara itu, sejumlah korban yang selamat menceritakan apa yang mereka alami. Selain itu, mereka juga masih menunggu kabar dan kepastian anggota keluarga mereka yang hingga kini belum diketahui nasibnya. Misalnya yang dialami tiga bersaudara AL (18), AZ (12), dan DN (8).

Sudah dua hari terakhir mereka berada di Rumah Sakit Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Tiga kakak adik itu tengah menunggu kepastian, apakah ayah dan ibunya selamat atau tidak dari kejadian terbakarnya KM Zahro Expres.

Sabtu 31 Desember 2016 malam, pasangan suami istri Iwan Kurniawan dan Yeti‎ berangkat dari Lembang, Bandung, Jawa Barat. Mereka mengendarai mobil menuju Jakarta, tepatnya Muara Angke, Jakarta Utara.

AL, AZ, dan DN ‎juga turut dalam mobil tersebut. Keluarga kecil ini hendak pergi berlibur ke Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.

"Saya tahunya mereka mau liburan ke Pulau Tidung. Tahu dari group keluarga di Whatsapp. Berangkat jam 11 malam dari lembang," ujar Ara (67), ibunda Iwan di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (2/1/2016).

Para penumpang kapal "Zahro Express" di RS Atmajaya Pluit

Ara bersama ketiga cucunya itu sudah dua hari ini menunggu kabar mengenai Iwan dan Yeti. Ara menjelaskan, Iwan pergi ke Tidung bersama 12 anggota keluarganya dari pihak mertua. Termasuk ketiga anaknya. Sampai saat ini, lima dari 13 ‎orang itu belum ditemukan, sementara yang lain selamat dari terbakarnya KM Zahro Expres.

"Yang belum ketemu itu Iwan, Yeti, dua adiknya Yeti, sama mertuanya," kata‎ Ara.

Ara yang sesekali mengusap air mata di pipinya itu sangat berharap, Iwan dan keluarganya ditemukan dalam kondisi hidup. Sebab, dia mendapat informasi, bahwa nama Iwan tertulis sebagai korban yang selamat.

"Tapi saya sudah mutar-mutar rumah sakit, dari Pluit, RSCM, RSPAD, dan di sini tapi tidak ada," kata dia.

Meski sehat, kondisi ketiga anak Iwan dan Yeti yakni AL, AZ, dan DN ‎sampai saat ini masih terlihat shock. Mereka masih menangis, karena cemas dan belum mengetahui di mana keberadaan ayah dan ibu mereka.

Cerita lainnya didapat dari salah satu korban selamat dalam peristiwa terbakarnya KM Zahro Express di Teluk Jakarta Kepualauan Seribu, Muhidin (60). Dia mengatakan, tak ada pengecekan teknis sebelum keberangkatan kapal.

"Tidak ada dicek apa-apa. Begitu bayar tiket Rp 50 ribu per orang penumpang langsung naik ke kapal," kata Muhidin di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Minggu, 1 Januari 2016.

Dia melanjutkan, ia dan satu orang anaknya di ruangan atas. Sementara empat orang anggota keluarga lainnya di ruangan bawah. Saat kapal akan berangkat, tak ada pemberitahuan kepada penumpang untuk menggunakan standar keselamatan.

"Saya dan penumpang lain tidak dapat perintah dari nakhoda maupun awak kapal lain untuk menggunakan pelampung. Ya langsung aja tuh berangkat," ujar Muhidin.

Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah dari atas kapal Zahro Express yang terbakar, di Pelabuhan Muara Angke, Minggu (1/1). Kapal yang mengangkut lebih dari 200 penumpang itu terbakar saat dalam perjalanan menuju Pulau Tidung. (REUTERS/Darren Whiteside)

Ia pun juga tidak mengetahui perihal asuransi yang diberikan kepada para penumpang dari uang tiket itu. "Wah asuransi saya tidak tahu. Begitu naik kapal ya sudah berangkat," ujar dia.

Muhidin mengaku khawatir atas keberadaan sang istri, sebab hingga saat ini ia belum mengetahui keberadaan istrinya. Selain itu ia pun juga kehilangan sejumlah barang berharga.

"Ada uang tunai Rp 5 juta buat nginap itu. Sama kunci mobil dan sejumlah surat berharga. Tapi yang paling penting itu istri saya," tutup Muhidin.

KM Zahro Expres berkapasitas sekitar 250 orang. Tempat duduk di kapal tersebut adalah bangku-bangku berwarna putih yang disusun ke samping dan ke belakang. Setiap bangku panjang warna putih tersebut berkapasitas empat orang.

Seluruh bangku itu disusun menghadap ke depan dan di bagian depan terdapat televisi layar datar yang dipasang pada langit-langit ruangan. Zahro Expres memiliki penyejuk ruangan, dilengkapi dispenser air panas dan dingin, serta memiliki dua toilet yang bersih.

Namun, tak ada yang tahu apa sebenarnya pemicu api yang kemudian menghanguskan kapal tersebut. Harapan ada pada KNKT untuk mengungkap semua itu, agar tragedi ini tal terulang di kemudian hari.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya