Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan tunggangan mewah untuk beraktivitas. Para menteri pun juga mendapat fasilitas yang bagus, meski tak eksklusif seperti Presiden dan Wapres.
Para Menteri Kabinet Kerja, misalnya, mendapat kendaraan dinas Toyota Crown Royal Saloon. Ini bukan mobil murah. Untuk saat ini, pasaran harga Toyota Crown Royal Saloon sekitar Rp 1,3 miliar
Tak heran kalau pengadaan mobil ini di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat menimbulkan kontroversi, karena harganya diperkirakan dua kali lipat dari harga mobil dinas menteri sebelumnya yaitu Toyota Camry.
Advertisement
Bisa dimaklumi, Toyota Crown Royal Saloon memang termasuk kelas paling mewah yang diproduksi Toyota. Di Jepang, perusahaan-perusahaan sering menjadikan mobil ini untuk kendaraan tamu-tamu mereka. Gengsi Toyota Crown Royal dianggap sekelas dengan BMW seri 5, Audi A6, Volvo S80, Jaguar Tipe S dan X, atau Mercedes Benz seri E.
Dari sisi tampilan, menteri-menteri di era terdahulu dijamin iri melihat cantiknya mobil ini. Namun, mobil dinas menteri memang selalu berganti, sesuai tingkat kebutuhan dan tentu juga gengsi.
Misalnya saja menteri di era Presiden Sukarno yang hanya mendapat tunggangan sebuah Dodge Dart sebagai mobil dinas menteri. Kondisi ini langsung berubah setelah rezim berganti.
Masa Kejayaan Volvo
Pada era Presiden Soeharto, sedan Volvo yang menjadi pilihan untuk menjadi tunggangan para menterinya. Seri 264 GL yang berkesan eksklusif dan mewah dipakai sejak 1978. Volvo 264 GL merupakan pengembangan dari 264 DL yang didesain Jan Wilsgaard, memakai mesin Volvo V6 PRV Automatic 2.664 cc dengan 6 silinder.
Tampilan yang klasik itu membuat Volvo dianggap pas untuk menambah wibawa para pejabat tinggi. Tak heran, pada era ini Volvo dianggap sebagai kendaraannya para pejabat. Setiap ada Volvo yang lewat, seolah di dalamnya ada pejabat.
Lumayan lama mobil ini menjadi kendaraan dinas para menteri dan pejabat Indonesia. Bahkan, pada era Kabinet Reformasi yang dipimpin Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri, Volvo masih menjadi pilihan meski dengan tipe berbeda, yaitu Volvo 960.
Mobil ini merupakan bekas kendaraan delegasi pada Konferensi Tingkat Tinggi APEC 1992. Saat itu Soeharto memborong mobil yang disediakan bagi para pemimpin sejumlah negara. Volvo 960 pertama kali diproduksi pada 1991 di Amerika Serikat. Mulai 1992 hingga 1998 dikerjakan di Swedia. Sejak 1998, mobil ini berubah nama menjadi S90.
Era Toyota Dimulai
Pada awal masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kejayaan Volvo sebagai mobilnya pejabat terhenti karena digantikan Toyota Camry V6. Mobil ini dipakai para pejabat negara, yaitu 34 menteri kabinet, 3 pejabat setingkat menteri, dan para pemimpin lembaga tinggi negara seperti Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua BPK, Ketua MK, dan Ketua MA.
Cuma satu periode Camry berjaya, karena saat KIB II terbentuk, para menteri dan pejabat lainnya juga dapat mobil baru, yang tak lain Toyota Crown Royal Saloon. Kendaraan ini pula yang hingga kini bertahan sebagai mobil dinas menteri.
Sebenarnya, menteri di Kabinet Kerja sempat akan diberikan mobil dinas baru. Saat menjelang peralihan kekuasaan dari SBY ke Jokowi, Kementerian Sekretariat Negara berencana membeli Mercedes-Benz tipe E Class 400 sebanyak 72 unit.
Namun, rencana itu dibatalkan lantaran mengundang kontroversi di tengah masyarakat. Jokowi pun kemudian menyatakan ketidaksetujuan atas ide tersebut. Maka jadilah menteri di Kabinet Kerja menggunakan mobil dinas bekas dari kabinet sebelumnya.
Bagaimanapun, menteri Jokowi masih bisa bersyukur mendapatkan mobil jenis ini. Toyota Crown Royal Saloon bukanlah mobil orang kebanyakan dan masuk ke jajaran mobil mewah. Paling tidak, jajaran menteri Jokowi masih bisa bergaya dibandingkan dengan menteri di Filipina.
Salah satu kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang membuat kaget publik adalah mengganti mobil dinas menterinya dari Toyota Camry ke Toyota Avanza. Alasannya, inilah mobil dinas yang harganya paling murah dan tidak menyedot uang rakyat.