Liputan6.com, Jakarta Kreatif dan jeli membaca peluang. Itulah yang dilakukan Umar Jamaluddin, santri asal Tempuran, Magelang, Jawa Tengah. Pemuda 27 tahun ini kreatif mengaplikasikan seni grafir di atas korek api zippo. Agar lebih spesifik, dia menjadikan lambang Nahdlatul Ulama (NU) sebagai motif utama produknya.
“Saya melihat, belum ada yang menjual zippo dengan grafir NU. Padahal, sebagian besar pria warga NU perokok. Dari jutaan warga NU, pasti ada yang tertarik. Bismillah,” ujar Umar, Selasa (29/8/2017).
Hal lain yang menguatkan keyakinannya adalah sebagai santri yang dibesarkan di lingkungan nahdliyin, Umar sadar betul kekuatan rasa memiliki warga NU terhadap logo organisasinya. Ia juga memahami kekuatan kultural dan kekerabatan warga NU. Semua itu menjadi pangsa pasar yang menjanjikan.
Advertisement
Perkiraannya benar, tak lama setelah dia mengunggah produknya di akun Facebook (@tokokutokomutokonu) dan Instagram (@tokoku_tokomu_tokonu), pesanan pun datang dari berbagai daerah. Kekuatan pasar offline juga menjanjikan. Produknya dipasarkan dari jamaah pengajian, maulidan, dan tahlilan.
Tentu, Umar tak hanya menyediakan dan melayani jasa grafir zippo NU. Gambar lain seperti logo organisasi, logo komunitas, gambar objek tertentu juga dilayani. Namun, 80 persen adalah logo NU. Pesanan tak hanya dari pengurus atau warga NU di dalam negeri. Belum lama, ia menerima order dari pengurus cabang istimewa NU Korea Selatan.
Sejak Umar menekuni usaha ini 11 bulan silam, rata-rata tiap bulan ia menerima order hampir 100 zippo. Harga zippo grafir yang original Rp 550 ribu. Untuk kualitas standar, Rp 260 ribu. Guna memenuhi pesanan, Umar mengerjakannya bersama tiga rekan. Kini, alumni pesantren Raudlatul Thulab, Tempuran, Magelang ini menjadi santri sekaligus entrepreneur. Siang bisnis, sore dan malam hari menjadi guru mengaji.
Karya Umar juga telah sampai ke tangan Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri. Menteri yang juga kader NU ini takjub dan mengapresiasi zippo NU yang ia terima dari saudaranya.
“Saya sangat mengapresiasi pemuda yang kreatif. Di era persaingan kerja yang ketat, kreatifitas adalah salah satu kunci kesuksesan kerja,” ucap Hanif.
Ia juga memuji Umar sebagai santri yang menekuni ilmu agama, sekaligus melek dan bijak memanfaatkan komunikasi dan informasi.
“Dia menjadikan media sosial sebagai media pemasaran yang efektif dan efisien,” kata Hanif.
Ia berharap, keberhasilan Umar bisa menginspirasi anak muda Indonesia yang lain.
(*)