PVMBG: Gunung Agung Berpotensi Meletus Dahsyat seperti 1963

Tahun 1963, Volcanic Explosivity Index (VEI)‎ atau indeks letusan Gunung Agung berada di level 5. Sementara saat ini VEI antara 4-5.

oleh Dewi Divianta diperbarui 27 Nov 2017, 08:02 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2017, 08:02 WIB
Gunung Agung Meletus
Gunung agung Meletus

Liputan6.com, Karangasem - ‎Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memprediksi Gunung Agung berpotensi mengalami letusan besar.

Gunung setinggi 3.142 mdpl itu terus mengeluarkan lava dan melontarkan abu vulkanik ‎setinggi 3.400 meter. Meski terlihat dahsyat, masih dalam kategori letusan kecil.

Sebab, sejatinya gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu pernah meletus dahsyat pada 1963.

Meski demikian, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika, tak menampik jika Gunung Agung kali ini berpotensi meletus dahsyat, tak jauh berbeda ketika ia meletus tahun 1963.

Kala itu, ‎Volcanic Explosivity Index (VEI)‎ atau indeks letusan Gunung Agung berada di level 5.

"Ini sama dengan tahun 1963. VEI‎-nya itu antara 4 atau 5," kata Suantika, Minggu 26 November 2017.

Ia memaparkan, penentuan indeks letusan berada di level 5 didasarkan pada analisis berbagai hal menggunakan teknologi yang dimiliki oleh institusinya. "Analisisnya berdasarkan alat-alat yang kita miiki, ketemu angka itu," ucap dia.

Dari Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, terdengar jelas letusan sekitar pukul 21.15 Wita. Suantika membenarkan jika bunyi itu bersumber dari Gunung Agung. "Itu letusan-letusan kecil yang terjadi di Gunung Agung," kata Suantika.

Radius bahaya pun berubah dari 6 kilometer menjadi 8 kilometer dengan zona perluasan dari 7,5 kilometer menjadi 10 kilometer ke arah utara-timur laut, tenggara-selatan dan barat daya‎.

"Kami deklarasikan mulai pukul 06.00 Wita hari ini, Senin 27 November 2017 statusnya kita naikkan dari Siaga menjadi Awas," kata Suantika.

Dalam radius dan zona sektoral itu, Gede melanjutkan, ada 17 desa yang terdampak. Desa tersebut adalah ‎Desa Ban, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Kubu, Tulamben, Datah, Nawakerti, Pidpid, Buanagiri, Bebandem, Jungutan, Duda Utara, Amerta Buana, Sebudi, Besakih dan Pempatan.‎

"Warga di sekitar itu harus dikosongkan. Tidak boleh ada aktivitas apa pun dalam radius dan zona sektoral itu," ujar Suantika.

Letusan Dahsyat 1963

Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 mulai terjadi pada 18 Februari 1963 dan baru berakhir 27 Januari 1964. Letusan dahsyat ini mencatat 1.148 orang meninggal dunia dan 296 orang luka. Mayoritas korban berjatuhan karena awan panas letusan yang melanda tanah lebih dari 70 kilometer persegi.

Letusan 1963 diawali gempa bumi ringan yang dirasakan penghuni Kampung Yeh Kori. Sehari kemudian, terasa kembali gempa bumi di Kampung Kubu, di pantai timur laut kaki Gunung Agung, sekitar 11 kilometer dari lubang kepundannya.

Letusan pun semakin dahsyat. Gunung Agung bergemuruh dan melemparkan bola api. Wilayah Pura Besakih, Rendang, dan Selat dihujani batu-batu kecil dan tajam, pasir, dan hujan abu pada 23 Februari 1963. Hujan lumpur lebat turun di Besakih sehari kemudian, mengakibatkan bangunan-bangunan di sana roboh. Awan panas dah hujan lahar muncul.

Tanggal 17 Maret 1963 merupakan puncak dari kegentingan tersebut. Suara letusan berkurang dan hilang. Sisanya adalah aliran lahar ke wilayah-wilayah di bawahnya. Aktivitas Gunung Agung benar-benar berhenti 27 Januari 1964.

Saksikan video di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya