Mendikbud soal Buku SD Tentang Yerusalem: Kesalahan di Penulis

Menurut Muhadjir, kesalahan ini bukan suatu kesengajaan berkaitan dengan isu Yerusalem menjadi Ibu Kota Israel.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Des 2017, 12:58 WIB
Diterbitkan 14 Des 2017, 12:58 WIB
Mendikbud Dialog Dengan MUI
Mendikbud Muhadjir Effendy memberi keterangan pada Rapat Pleno ke-19 Dewan Pertimbangan MUI di Jakarta, Rabu (23/8). Selain rapat juga dilakukan Dialog Kebijakan Pendidikan Nasional dan Kepentingan Umat Islam. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyikapi peredaran buku pelajaran IPS kelas VI Sekolah Dasar (SD) yang menyebut, Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengakui jika bahan itu berasal dari buku sekolah elektronik (BSE), berdasarkan hasil penilaian pada 2008.

"Itu memang ada buku yang resmi di-uplod dan diunggah oleh Kemendikbud, hak ciptanya sudah Kemendikbud. Siapapun boleh mengunduh untuk memperluas akses dan buku pelajaran yang murah. Sudah 2008, jadi 10 tahun lalu," ujar Muhadjir usai membuka Taman Tino Sidin di Yogyakarta, Kamis (14/12/2017).

Muhadhir mengatakan, buku itu merupakan materi kurikulum 2006. Sementara tahun depan sudah menerapkan kurikulum 2013, sehingga bahan itu sudah diralat oleh Kemendikbud.

"Dari kemendikbud itu akan diralat dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kemendikbud akan membuat naskah ralatnya. Mudah-mudahan hari ini selesai," ujar dia.

Menurut Muhadjir, kesalahan ini bukan suatu kesengajaan berkaitan dengan isu Yerusalem menjadi Ibu Kota Israel. Bahkan banyak orang tidak tahu tentang pernyataan Presiden AS Donald Trump soal Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, termasuk juga ibu kota aslinya yaitu Tel Aviv.

"Itu suatu kekhilafan, pertama di tim penulis, kedua tim peneliti dari Kemendikbud. Sekarang sedang menelisik kok bisa ada keteledoran," ujar Muhadjir Effendy.

 

Honor Peneliti Dievaluasi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. (Liputan6.com/Yanuar H.)

Kesalahan ini membuatnya berpikir mencari penyebabnya. Salah satunya dari peneliti dan honor peneliti menjadi bahan kajian untuk segera dievaluasi.

"Ke depan akan perketat tim penelitinya. Lalu honorarium jadi perhatian kami, karena imbalannya tidak sepadan. Lalu tahun depan kita akan hargai jerih payahnya," ujar Muhadjir.

Dia menyatakan, ada beberapa buku edaran dari swasta yang menyebutkan hal serupa yaitu Ibu Kota Israel adalah Yerusalem.

Karena itu, Muhadjir memerintahkan untuk segera menarik buku itu dari peredaran. "Ada buku dengan kesalahan yang sama tapi tidak bersumber dar Kemendikbud, jadi dia tanpa nilai dari Kemendikbud," ujar Muhadjir.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya