Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertahanan (Kapusdatin Kemhan "")) Marsma TNI Yusuf Jauhari mengatakan, ancaman cyber kini masuk lewat ranah media sosial dan drone. Menurut dia, tingkat ancaman ini mencapai taraf mengkhawatirkan.
"Media sosial sudah menjadi hal mengkhawatirkan, masuk ranah cyber. Lalu (intaian) drone juga masuk ranah cyber dengan ancaman nyata," kata dia dalam diskusi Kemhan di Restoran Seribu Rasa, Jakarta Pusat, Jumat (29/12/2017).
Baca Juga
Jauhari menjelaskan, intaian pesawat nirawak ini menjadi antisipasi tersendiri. Karenanya, Kemenhan ke depan akan membuat kebijakan yang memiliki batasan soal drone.
Advertisement
"Drone saya kira disadari semua pihak, membuat kebijakan dan Kemenhan membuat batasan (untuk penggunaan drone)," papar dia.
Antisipasi Kemenhan ini prosesnya digodok bersama seluruh instansi terkait. Baik TNI, Polri, dan Kementerian Informasi Komunikasi.
"Banyak langkah harus kami tempuh dengan melibatkan semua pihak, supaya mencegah ancaman-ancaman yang baru lagi," dia menutup.
Sejauh ini, aturan penggunaan drone baru dibeleid oleh Kementerian Perhubungan. Saat itu, Menteri Perhuhungan Ignatius Jonan, menerbikan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak yang disahkan pada 12 Mei 2015.
Dalam salinan peraturan yang diterima disebutkan, Peraturan Menteri itu dikeluarkan guna meningkatkan keselamatan penerbangan terkait pengoperasian drone di ruang udara.
Alutsista
Sementara itu terkait dengan capaian program alutsista dalam tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan menggembirakan. Capaian tersebut berada di angka 50,9 persen.
"Alutsista mencapai 50,9 persen, perbedaannya adalah menghitung progres on track," papar kata Staf Ahli Menhan Bondan.
Tiara merinci pengadaan alutsista seperti KRI Bimasuci dan Tank Leopard.
Advertisement
Jumlah Apache Bertambah
Sementara Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Kemenhan Brigjen TNI Totok Sugiharto mengungkapkan, pada 2018 alutsista seperti helikopter serang AH-64E Apache buatan Amerika Serikat jumlahnya akan genap sesuai pemesanan.
"Minggu lalu sudah datang tiga unit, berikutnya 2018 akan datang lagi lima unit. Total delapan unit. Jadi tahun depan full (sesuai pesanan)," jelas Totok.
Terkait pengadaan Pesawat Sukhoi, Totok menyatakan pihaknya sedang menunggu progres. Menurut dia, ada dinamika yang tengah diselesaikan dengan pihak produsen
"(Sukhoi) ada dinamikanya tinggal kita nanti lihat progresnya dengan Rusia tinggal tanda tangan kontrak," dia menutup.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: