Mengaku Home Schooling, Anak Bomber Surabaya Hanya Terima Doktrin Orangtua

Menurut Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin, anak-anak pelaku teror di Surabaya tak disekolahkan.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 15 Mei 2018, 10:33 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 10:33 WIB
AKBP Ronny Faisal Faton, Kasat Narkoba Polrestabes, selamatkan seorang anak dalam serangan bom bunuh diri.
AKBP Ronny Faisal Faton, Kasat Narkoba Polrestabes, selamatkan seorang anak dalam serangan bom bunuh diri. (Liputan6.com/Dhimas Prasaja)

Liputan6.com, Surabaya - Serangkaian teror yang terjadi di Surabaya telah melibatkan tiga keluarga. Mereka mengajak anak-anaknya untuk melakukan aksi teror, baik di gereja maupun di Mapolrestabes Surabaya.

Menurut Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin, anak-anak pelaku teror di Surabaya  tidak disekolahkan.

"Mereka ngakunya home schooling, tetapi tidak. Mereka hanya menerima doktrin-doktrin dari orangtuanya, dengan video-videonya, dengan ajaran-ajaran yang diberikan," kata Machfud Arifin di Polda Jawa Timur, Selasa (15/5/2018).

Saat ini, ada empat anak yatim piatu yang ditinggalkan orangtuanya usai melakukan aksi bom bunuh diri. Tiga di antaranya adalah anak dari Anton Febriyanto. Mereka selamat dari ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Kecamatan Taman, Sidoarjo. Masing-masing berinisial AR (15), FP (11) dan GA (10). Ketiganya mengalami luka akibat ledakan itu.

Sementara, satu anak berinisial AIS (8) selamat saat diajak orangtuanya melakukan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya