LSM: Penunjukan Andika Pengaruh Elite Politik di Lingkar Jokowi

Pergantian KSAD seharusnya lebih mementingkan profesionalisme dan kompetensi daripada pertimbangan politis.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 23 Nov 2018, 18:24 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2018, 18:24 WIB
Jokowi Resmi Lantik Andika Perkasa Jadi KSAD
Letjen Andika Perkasa menghadiri pelantikan sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/11). Andika yang sebelumnya menjabat Pangkostrad menggantikan Jenderal TNI Mulyono. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Penunjukan Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) baru menuai kritik dari berbagai pihak. Koalisi Masyarakat Sipil menilai proses pergantian KSAD karena pengaruh elite politik.

Deputi Bidang Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Fery Kusuma menyebut proses penunjukan Andika Perkasa sebagai KSAD kental dimensi politik daripada profesionalisme. Pasalnya, Andika merupakan menantu dari mantan Kepala BIN Hendropriyono. Sementara Hendropriyono merupakan Ketua PKPI, partai pengusung Jokowi di Pilpres 2019.

"Kami menilai proses pergantian KASAD kali ini juga lebih dominan pengaruh elite politik di lingkaran Jokowi yang memiliki hubungan kekerabatan dengan KASAD baru dan menjadi tim pemenangan Jokowi," kata Fery di Kantor KontraS Jakart Pusat, Jumat (23/11/2018).

Dia pun menyoroti karier militer Andika Perkasa yang meleset dengan cepat. Andika tercatat pernah menjabat sebagai Danpaspampres Jokowi-JK serta Panglima Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad).

"Padahal masih banyak perwira tinggi TNI AD yang berasal dari angkatan 1984, 1985, 1986 yang juga memiliki kompetensi untuk menduduki jabatan KSAD. Sayangnya, Presiden tidak memilih mereka," ucap Feri.

Menurut dia, pergantian KSAD ini seharusnya lebih mementingkan profesionalisme dan kompetensi daripada pertimbangan politis. Selain itu, pergantian KSAD juga perlu memikirkan penataan regenerasi TNI yang lebih berjenjang.

"Upaya percepatan untuk mempromosikan individu tertentu untun menjadi KSAD bisa ditafsirkan sebagai sebuah bentuk politisasi," ujar Fery.

Presiden Jokowi melantik Jenderal Andika Perkasa sebagai KSAD, menggantikan Jenderal Moelyono yang memasuki masa pensiun pada Januari 2019. Andika Perkasa pernah menjabat Kepala Dinas Penerangan TNI AD hingga Komandan Pasukan Pengamanan Presiden. 

Tidak Ada Intervensi

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan keputusan Presiden Joko Widodo yang melantik Letnan Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sudah tepat. Tak ada intervensi atau titipan dari pihak manapun atas pilihan tersebut.

Moeldoko menyebut hanya sebuah kebetulan jika Andika Perkasa adalah menantu dari mantan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Jenderal (Purn) A.M Hendropriyono. Meski demikian, hal itu tak memengaruhi pemilihan nama KSAD yang baru.

"Presiden tak bisa diintervensi oleh apapun. Soal menantu Pak Hendropriyono Itu hanya kebetulan, bukan berarti bisa memengaruhi keputusan," kata Moeldoko usai menjadi pembicara di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Kamis (22/11/2018).

Mantan Panglima TNI ini menambahkan, keputusan presiden untuk mengangkat Andika Perkasa sebagai KSAD murni berdasarkan rekam jejaknya yang sangat memadai. Andika pernah beberapa kali memegang tongkat komando mulai dari Danrem hingga Pangkostrad.

"Jadi semua itu karena rekam jejak yang sangat jelas, semua bisa melihat itu. Pilihan presiden sudah sangat tepat," ucap Moeldoko.

Respons Andika

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa menolak berkomentar terkait kabar yang menyebut ada peran mertuanya, mantan Ketua Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono di balik pengangkatannya sebagai KSAD.

"Ya itu tadi monggo mau ngomong apa juga, saya kondisinya begini, keadaan saya begini, dan dari dulu juga begini, enggak ada yang saya komentari lagi, terserah," kata Andika usai dilantik Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (22/11/2018).

Andika Perkasa juga menepis terkait isu bahwa dirinya mendekati beberapa partai politik untuk memuluskan kariernya. "Enggak lah, enggak kalau itu. Kan saya juga enggak pernah kemana-mana," ungkap Andika.

Dia pun tidak mau mempersoalkan terkait komentar negatif terkait kariernya yang dianggap terlalu cepat melesat. Berbeda dengan prajurti tinggi lainnya, yang membutuhklan waktu cukup lama untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi.

"Ini kan beliau (Presiden Jokowi) yang memutuskan. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam penilaian beliau. Yang penting dari dulu ya gini-gini aja," ungkap Andika.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya