Liputan6.com, Jakarta - Pembunuhan belasan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, disebut dilakukan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya. Adapun laporan awal mereka memiliki senjata api ilegal, baik itu dari hasil rampasan maupun diduga dari luar.
Terkait hal ini, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, semuanya masih belum jelas soal spesifikasi, jumlah, maupun asal senjata yang dimiliki oleh KKSB tersebut.
Baca Juga
"Ya itu kan belum jelas. Kan macam-macam. (Dari) zaman dulu juga bisa, ya dari mana-mana. Sudah cukup ya," ucap Wiranto seraya masuk ke dalam kantornya, di Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Advertisement
Dia hanya menegaskan dan meminta tim gabungan TNI-Polri terus bergerak. Dan memastikan semua KKSB yang terlibat ditangkap.
"Ya akan terus kita kejar, kita bersihkan mereka, kita tangkap mereka. Ini kan sesuatu kejadian yang tidak kita sangka. Karena mereka ada satu kegiatan 1 Desember itu, tapi ternyata ada satu rencana brutal seperti ini. Ya kita kejar. Namanya gerakan kriminal separatisme bersenjata, polisi maupun militer boleh ngejar," ungkap Wiranto.
Sebelumnya, Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf. Muhammad Aidi, mengatakan, pembunuhan pekerja pembangunan jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, dilakukan oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya. Adapun mereka memiliki senjata api ilegal.
"Ya senjata api. Kita punya data bahwa mereka memang memiliki senjata api. Jumlahnya secara pasti kita belum tahu. Itu yang belum kita dapatkan informasi berapa kekuatannya dan senjatanya apa saja. Hanya data awal saja, bahwa emang ada di antara mereka itu membawa atau ada kepemilikan senjata secara ilegal," kata Aidi di Jakarta, Rabu (4/12/2018).
Senjata Rampasan
Dia menuturkan, dari data intelijen yang diterima pihaknya, senjata yang dimiliki kelompok tersebut, ada yang berasal dari rampasan TNI-Polri. Dan ada yang diduga berasal dari luar.
"Senjata standar militer dan jumlahnya puluhan. Kan standar militer, standar NATO. Sebagian senjata api itu diambil dari hasil rampasan terhadap TNI-Polri di pos-pos. Sebagian juga yang selama ini berhasil kita sita, senjatanya ada saat kontak tembak, ada yang indeks TNI, Polri, ada juga yang bukan Indeks TNI-Polri. Artinya berasal dari luar," ungkap Aidi.
Meski demikian, dia mengatakan, tak bisa memastikan asal senjata yang berasal dari luar. Hanya diketahui asal pabrikan saja.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement