Terompet Tahun Baru Jadi Sumber Penyakit Mematikan, Hoaks atau Fakta ?

Di tengah larisnya penjualan terompet, masyarakat tiap tahun selalu dikhawatirkan dengan isu terkait terompet yang bisa menularkan penyakit mematikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2018, 16:44 WIB
Diterbitkan 31 Des 2018, 16:44 WIB
Terompet Kertas
Pedagang menata terompet buatannya di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (26/12). Dari tahun ke tahun minat masyarakat memakai terompet konvensional saat perayaan tahun baru terus menurun sejak munculnya terompet gas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Perayaan malam tahun baru selalu identik dengan tiupan terompet. Tiupan terompet juga kerap menjadi pertanda detik-detik pergantian tahun. Penjualan terompet pun laris manis tiap pergatian tahun.

Di tengah larisnya penjualan terompet, masyarakat tiap tahun selalu dikhawatirkan dengan isu terkait terompet yang bisa menularkan penyakit mematikan. Benarkah? 

Terkait isu itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Ari F Syam mengakui penyakit memang mungkin saja tertular dari mulut.

Namun, dia membantah terompet tahun baru dapat menyebabkan penyakit mematikan, seperti kanker mulut, hepatitis, HIV, TBC dan kanker lidah.

Pengrajin menyelesaikan pembuatan terompet buatannya di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (26/12). Menjelang tahun baru, terompet konvensional tersebut dijual dengan harga Rp5.000 hingga Rp15.000 tergantung jenis dan ukurannya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

"Kanker termasuk kanker mulut, lidah atau kanker darah tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain," kata Ari Syam di Jakarta, Selasa (31/12/2018). 

Dia menjelaskan, kanker mulut disebabkan virus yang dinamakan virus Human Papilloma (HPV). Virus ini memang bisa menyebabkan kanker lidah, kanker amandel atau kanker tenggorokan.

Pedagang terompet mempersiapkan dagangannya di kawasan Kota Tua, Jakarta (26/12/2015). Terompet Tahun Baru dijual mulai Rp5.000 hingga Rp50.000 sesuai ukuran. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

"Akan tetapi penularan virus tersebut melalui aktifitas seksual, misalnya oral seks. Sedangkan penggunaan alat makan atau sedotan secara bersamaan tidak akan menularkan penyebaran virus tersebut," jelas Ari

Termasuk juga orang yang meniup terompet yang habis ditiup orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat tertular infeksi tersebut.

"Begitu pula penularan virus HIV penularan juga tidak mudah harus melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau komponen darah yang ditansfusi dari satu pasien ke pasien lain,” kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Bagaimana Pencegahannya ?

Tiupan Terompet Warnai Penutupan IHSG 2018
Sejumlah karyawan meniup terompet saat penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2018 di Kantor BEI, Jakarta, Jumat (28/12). Perdagangan IHSG 2018 resmi ditutup. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan untuk penyakit TBC, tambahnya ditularkan dari satu orang kepada orang lain bukan melalui kontak yang singkat. Tidak seperti infeksi virus influenza yang dapat menularkan ke orang lain dengan sekali kontak.

"Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus. Selain itu, kuman ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet," ucap dia seperti dilansir dari Antara

Kendati demikian, Ari mengakui ujung terompet dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. 

"Bisa jadi sumber penularan penyakit melalui droplet atau air liur yang tersisa pada ujung terompet tetapi tentu bukan penyakit TBC atau penyakit kanker mulut," terang dia.

Namun menurutnya, hal itu bisa dicegah bila ujung terompet yang telah diberi di bersihkan terlebih dahulu.

"Bahkan kalau perlu gunakan penyaring khusus ketika ujung terompet tersebut akan kita gunakan," lanjut dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya