Dirjen PSP: Prinsip Pengelolaan Lahan Rawa adalah Tata Kelola Irigasi

Pengelolaan air jadi kunci suksesnya pertanian lahan rawa.

oleh Cahyu diperbarui 29 Apr 2019, 09:50 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2019, 09:50 WIB
Kementan
Pengelolaan air jadi kunci suksesnya pertanian lahan rawa.

Liputan6.com, Jakarta Pengairan menjadi tantangan utama dalam pengelolaan lahan rawa. Air berlebih menjadi kendala saat musim hujan, sedangkan kekeringan merupakan masalah saat musim kemarau.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy, mengatakan bahwa selama ini petani di lahan rawa cukup puas hanya melakukan penanaman padi satu kali dalam setahun. Sebab saat musim hujan (rendeng), areal pertanian selalu tergenang air.

Karena itu, menurut Sarwo, prinsip dalam pengelolaan lahan rawa adalah tata kelola irigasi. Dengan prinsinp tersebut, masalah kekurangan air--air baku pertanian--pada saat musim kemarau dapat teratasi. Begitu juga saat musim hujan, kelebihan air bisa terbuang, sehingga lahan terproteksi dari genangan banjir saat musim hujan.

“Jadi secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air,” ujarnya, saat Diskusi Program Serasi, Solusi Meningkatkan Produksi Pangan yang digelar Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Jakarta, Rabu (24/4/2019).

Beberapa kegiatan yang pemerintah lakukan dalam optimasi lahan rawa adalah Survei Investigasi Desain (SID) sederhana terhadap potensi lahan rawa dan rehabilitasi jaringan irigasi.

“Kita lebih banyak bergerak di jaringan tersier karena untuk irigasi sekunder dan primer ada Kementerian PUPR. Kita di jalur yang seusai peraturan yang ada sesuai yang diamanatkan Kementan,” ucap Sarwo.

Untuk tata kelola air, imbuhnya, pemerintah melakukan perbaikan dan pembangunan polder melalui upaya penambahan tinggi polder/tanggul besar dan tanggul kecil pembatas lahan. Kegiatan lainnya adalah rehabilitasi dan pembangunan pintu air irigasi pada saluran irigasi.

“Kita juga merehabilitasi dan normalisasi saluran irigasi tersier, saluran pembagi, storage/kolektor, dan saluran pembuang (drainase),” kata Sarwo.

Pemerintah juga memberikan bantuan pompa air, pengadaan pipa/gorong-gorong, pengolahan lahan, dan bantuan alat dan mesin pertanian.

“Melalui tanaman pangan, kita bantu sarana produksi, benih, pupuk, dolomit, dan herbisida,” ujar Sarwo.

Sementara itu, Setditjen Tanaman Pangan, Bambang Pamudji, mengatakan bahwa pihaknya lebih banyak terlibat dalam kegiatan bantuan saran produksi, seperti benih, pupuk, dolomit, dan herbisida. Setiap hektare lahan rawa mendapatkan bantuan benih 80 kg/ha. Jumlah tersebut lebih banyak dari budidaya di lahan irigasi karena pola tanamnya sistem tebar. Sementara itu, untuk bantuan dolomit sebanyak 1.000 kg/ha dan herbisida 5 liter/ha.

“Benih yang kita berikan dari jenis yang sesuai dengan kondisi rawa, dolomit yang memiliki kekasaran 80, sedangkan herbisida yang biasa di lahan rawa,” ucapnya.

 

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya