Data AirVisual: Kualitas Udara DKI Jakarta Peringkat 1 Terburuk di Dunia

Kualitas udara di DKI Jakarta dinyatakan tidak sehat pada pagi ini, Senin (23/9/2019).

oleh Mevi Linawati diperbarui 23 Sep 2019, 08:20 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2019, 08:20 WIB
Udara Jakarta Buruk, Warga Beraktivitas Pakai Masker
Seorang wanita berjalan mengenakan masker pelindung untuk menghindari polusi udara buruk di Jakarta, Rabu (17/7/2019). Dinkes DKI menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas untuk mencegah dampak polusi udara pada tubuh. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kualitas udara di DKI Jakarta dinyatakan tidak sehat pada pagi ini, Senin (23/9/2019). Data Air Visual menunjukkan, kualitas udara Jakarta berada pada tingkat pertama terburuk di dunia.

Berdasarkan US Air Quality Index (AQI), pada pukul 08.14 WIB, kualitas udara Jakarta tercatat di angka 179 kategori tidak sehat dengan parameter PM2,5 konsentrasi 110 µg/m³.

Sementara itu, di peringkat kedua dunia ada Karachi, Pakistan dengan angka indeks kualitas udara 170. Dan peringkat berikutnya adalah Hanoi, Vietnam dengan kualitas indeks pada angka 167.

Sedangkan Chengdu, China menempati peringkat keempat dunia dengan angka indeks kualitas udara pada angka 163.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perbaikan Kualitas Udara

Suasana kawasan HI, Jakarta pada Senin pagi (23/9/2019.
Suasana kawasan HI, Jakarta pada Senin pagi (23/9/2019) (Liputan6.com/ Mevi Linawati)

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya untuk mengendalikan kualitas udara menjadi lebih baik. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara di Ibu Kota.

Beberapa langkah yang diambil Pemerintah Provinsi DKI untuk mengatasi kualitas udara tersebut di antaranya adalah memperluas ganjil-genap, mewajibkan uji emisi, membatasi usia kendaraan dan penghijauan.

“Memastikan tidak ada angkutan unum yang berusia di atas sepuluh tahun dan tidak lulus uji emisi," kata Anies seperti tertulis dalam Ingub 66/2019 yang ditujukan kepada Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Anies menyatakan, perbaikan kualitas udara di Jakarta tidak bisa terjadi tiba-tiba setelah adanya perluasan ganjil genap.

"Angka emisi itu tidak bisa dilihat hanya dalam satu hari dua hari. Karena dinamis sekali," kata Anies di Tanjung Priok, Jakarta Pusat, Selasa 10 September 2019.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyebut pada Senin 9 September sejumlah kota di dunia juga mengalami polusi tinggi dibandingkan dengan Jakarta. Karena itu Anies menyatakan, pihaknya akan terus mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum.

"Kalau itu dilakukan secara konsisten dalam jangka panjang Insyaallah kualitas lingkungan hidup di Jakarta lebih baik, kemacetan pun berkurang," ucap dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya