Polisi Represif ke Mahasiswa Demo, Moeldoko: Kesabaran Ada Batasnya

Moeldoko mengimbau massa aksi tidak memaksakan menggelar aksi hingga malam hari.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 25 Sep 2019, 18:18 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2019, 18:18 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko usai mengisi acara di Malang, Jawa Timur (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut tindakan represif polisi dalam menangani massa demo lantaran polisi memiliki ambang batas kesabaran dan emosi.

"Psikologi di lapangan itu, satu menghadapi psikologi massa. Psikologi massa itu juga punya ambang batas kesabaran, juga punya ambang batas emosi, dia juga punya ambang batas kelelahan dan seterusnya," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (25/9/2019).

Hal ini yang membuat para aparat tidak terkontrol sehingga represif kepada demonstran yang terdiri dari mahasiswa. Namun, Moeldoko mengatakan bahwa tindakan aparat tersebut tidak sesuai dengan instruksi Presiden Jokowi.

Menurut dia, Jokowi meminta agar para aparat mengawal massa aksi dengan profesional dan proporsional. Jokowi tak ingin demontrasi berujung anarkis hingga menganggu masyarakat.

"Jangan sampe demo itu memunculkan satu tindakan anarkis yang merugikan semuanya. Yang kedua, memunculkan rasa takut bagi semuanya. Yang ketiga, mengganggu publik," jelasnya.

"Tapi sekali lagi, ambang batas itu bisa muncul apalagi ini ada prajurit-prajurit baru dari kepolisian. Ini juga selalu kira waspadai di lapangan. Karena sekali lagi ini berkaitan dengan tingkat kesabaran," sambung Moeldoko.

Mantan Panglima TNI itu pun mengimbau massa aksi tidak memaksakan menggelar aksi hingga malam hari. Faktor kelelahan dapat membuat para aparat  represif.

"Batas kelelahan itu muncul, jengkel muncul, marah muncul, akhirnya uncontrol. Begitu uncontrol, aparatnya juga kadang-kadang uncontrol, sama-sama lelah," ucap Moeldoko.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono menyampaikan, dari aksi demonstrasi di DPR pada Selasa 24 September 2019 kemarin, 254 mahasiswa menjalani rawat jalan dan 11 lainnya menjalani rawat inap di rumah sakit. Kapolda mengatakan mereka yang dirawat ini bermula karena semburan gas air mata.

Gatot Eddy mengatakan, tak ada korban jiwa dalam aksi demonstrasi tersebut. Sementara itu dia juga menyebutkan ada 39 anggota kepolisian yang terluka.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya