Kota Bogor Kekurangan Tenaga Medis hingga Rumah Sakit Rujukan Covid-19

Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal di Kota Bogor terus bertambah.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 05 Apr 2020, 22:25 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2020, 22:25 WIB
Rapid test virus corona Covid-19 di GOR Bogor secara drive thru
Rapid test virus corona Covid-19 di GOR Bogor secara drive thru. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal di Kota Bogor terus bertambah. Sebelumnya PDP yang meninggal berjumlah 15 orang, bertambah menjadi 17 orang.

Hingga Minggu (5/4/2020),sSecara keseluruhan PDP di Kota Bogor tercatat berjumlah 77 orang. 48 orang di antaranya masih dalam pengawasan dan 12 orang dinyatakan negatif Covid-19. Sementara dari 17 PDP yang meninggal, tujuh di antaranya positif terpapar virus tersebut.

Dengan begitu, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19 bertambah menjadi 41 orang, yang sebelumnya berjumlah 32 orang. Sedangkan pasien positif yang masih dalam pengawasan berjumlah 34 orang.

Sementara, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) juga mengalami kenaikan dari yang sebelumnya 750 orang menjadi 763 orang. Adapun rinciannya yakni, 364 orang dinyatakan selesai dalam pemantauan dan 399 orang masih dalam pemantauan.

Semakin bertambahnya pasien dengan indikasi Covid-19, Kota Bogor mengalami kekurangan dokter, perawat umum, dan perawat ICU untuk menangani kasus corona.

"Betul, kita kekurangan dokter dan tenaga perawat," kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, Minggu (5/4/2020).

Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Bogor membuka pendaftaran relawan untuk mengisi kekosongan petugas medis. Pendaftaran relawan sudah dibuka, bahkan surat permohonan bantuan tenaga relawan medis tersebar di media sosial.

Namun ada beberapa persyaratan untuk menjadi relawan tenaga medis, antara lain memiliki STR, memperoleh persetujuan orangtua, istri atau suami, dan bersedia ditempatkan di faskes Covid-19 selama 28 hari (14 hari kerja, 14 hari karantina).

"IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memberikan 3 persyaratan itu. Hal ini untuk melindungi dokter dari risiko penularan Covid-19," ujar Dedie.

Tak hanya kekurangan petugas medis, kini Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor yang menjadi rujukan untuk pasien virus corona mulai kewalahan akibat peningkatan jumlah pasien virus tersebut.

Pemkot Bogor sempat meminta pihak rumah sakit swasta untuk ikut serta menanggulangi penyakit infeksi emerging tertentu di Kota Bogor.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

RS Swasta Belum Bersedia

Namun dari hasil rapat koordinasi Sabtu kemarin dengan para pimpinan dari 15 rumah sakit di Kota Bogor, belum ada yang bersedia ikut penanganan pasien terindikasi terpapar Covid-19.

Sejak pandemi Covid-19 mewabah di Kota Bogor, hanya tiga rumah sakit yang ikut penanganan pasien terindikasi terpapar Covid-19. Ketiga rumah sakit yang bersedia yakni RSUD, Siloam Hospital, dan Bogor Senior Hospital.

"Rumah sakit kita dorong untuk menangani infeksi emerging tertentu tetapi ternyata masalahnya banyak," kata Dedie.

Ada sejumlah alasan para pemilik rumah sakit tidak ikut serta dalam penanganan Covid-19, yakni ketidaksiapan tenaga medis, tidak memiliki ruang isolasi kompresi negatif, ketidakpastian ketersediaan alat pelindung diri (APD), ketidakcukupan alat kesehatan pendukung seperti ventilator, dan tenaga dokter spesialis paru yang jumlahnya sangat terbatas.

Untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19, Pemkot Bogor akan menambah daya tampung pasien Covid-19 di RSUD. Dari semula menampung 32 bed menjadi 70 bed.

Kabar menggembirakan, RS Graha Medika bersedia menjadi rumah sakit khusus menampung pasien ODP maupun PDP ringan berdaya tampung 55 bed.

"Pemkot bersama RSUD sudah bekerja sama dengan RS Graha Medika. Di RS Graha Medika juga akan disiapkan tempat sarana penginapan bagi para tenaga medis," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya