Tim Pakar Gugus Tugas: Ada 3 Metode Deteksi Virus Corona

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, saat ini ada tiga jenis tes untuk mendeteksi virus Corona di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2020, 14:27 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 14:27 WIB
Wiku Adisasmito
Di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (5/4/2020), Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Wiku Adisasmito menegaskan, hindari penggunaan bilik disinfektsi. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, saat ini ada tiga jenis tes untuk mendeteksi virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.

Pertama adalah tes menggunakan Real Time - Polymerase Cgain Reaction (RT-PCR). Tes ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi bahkan hampir 95 persen.

"RT PCR inilah yang dipakai di seluruh dunia untuk memastikan apabila sampel berupa swabnya diambil dari hidung atau tenggorokan, itu bisa dites dan menunjukkan positif atau negatif terhadap virus SarsCov 2 ini," kata Wiku di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Selasa (5/5/2020).

Tes kedua yakni Tes Cepat Molekuler (TCM). Tes ini menggunakan sebuah relatif yang begitu cepat yang dilakukan secara molekuler dan memunyai sensitifitas sekitar 95 persen.

"TCM, tes cepat molekuler, menggunakan sebuah yang relatif cepat, dilakukan secara molekuler, dan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi sekitar 95 persen," kata Wiku.

Kendati hampir sama dengan RT-PCR untuk mendeteksi Corona, TCM dinilai lebih cepat. Pasalnya, tes RT-PCR harus memerlukan reagen dan sampel.

"Kalau yang RT PCR tadi sering disebut sebagai open system jadi sistemnya terbuka, memerlukan reagen dan sampel, dan bisa di lakukan tes dengan relatif cepat beberapa jam sudah bisa ketemu hasilnya," kata Wiku.

Wiku memaparkan, alat tes TCM sebelumnya hanya dipakai untuk menguji sejumlah penyakit. Misalnya, TBC, HIV, dan lainnya. Bahkan, alat ini diklaim sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia dan tersebar di banyak tempat.

"Kalau ini dipakai, maka hasilnya lebih cepat keluarnya dan sangat spesifik dan sensitif. Alat ini sebenarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia tersebar di banyak tempat, cuma masalahnya cartridge atau kasetnya itu kesulitan kita mendapatkannya karena persaingan di dunia semua perlu itu," kata Wiku.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Alat Tes Ketiga

Penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bekasi Ikuti Tes Swab PCR
Petugas medis menata sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Tes ketiga, lanjutnya, uji cepat atau biasa disebut Rapid Diagnostic Test (RDT). Tes ini berupa mengetes antibodi dalam tubuh seseorang.

"Jadi yang sering dipakai adalah RDT antibodi, di mana rapid test ini bisa mendeteksi adanya antibodi yang telah muncul di penderita, biasanya antibodi itu muncul setelah orang tersebut terpapar dan mulai tubuhnya melawan," kata Wiku.

Dia menyampaikan pentingnya suatu sistem dalam pengujian sampel jika seseorang dinyatakan positif. Artinya, harus ada tindakan cepat untuk memastikan hasilnya.

"Maka dari itulah pentingnya memiliki suatu sistem dalam pengujian, kalau sampai positif di itu harus di-follow up dengan tes menggunakan RTPCR untuk memastikan hasilnya," pungkas Wiku.

 

Reporter: Ronald Chaniago

Sumber: Merdeka

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya