Satgas Covid-19 Sebut Tak Ada Solidaritas Antarnegara Hadapi Pandemi Corona

Menurut Wiku, saat ini tidak terlihat solidaritas antarnegara dalam rangka penyediaan vaksin Covid-19. Semua negara sibuk berpikir untuk kepentingannya masing-masing.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2021, 23:32 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2021, 23:32 WIB
Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut prinsipnya aturan PPKM pada In Mendagri ini masih sama dengan In Mendagri No. 1 dan 2 saat konferensi pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (9/2/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, tidak ada solidaritas antarnegara menghadapi pandemi virus corona.

Menurutnya, saat ini tidak terlihat solidaritas antarnegara dalam rangka penyediaan vaksin Covid-19. Semua negara berpikir untuk kepentingannya masing-masing.

"Kalian yang tinggal di Inggris sekarang bisa lihat, ada enggak solidaritas antarnegara sekarang? membayangkan tentang vaksin? Enggak ada. Semua berpikir tentang dirinya sendiri," ujar Wiku dalam webinar yang digelar PPI London, Sabtu (13/2/2021).

Wiku mengatakan, harus ada yang memimpin proses kolaborasi antarnegara untuk menghadapi pandemi Covid-19. Jika tidak, virus corona akan menang. Sebab virus itu tidak mengenal batas negara.

"Jadi suatu saat nanti, sooner or later, harus ada leader yang melakukan proses kolaborasi untuk antarnegara, solidaritas antarnegara. Ini adalah gerakan kemanusiaan, karena virus kan enggak kenal batas negara. Kalau dia tahu ada batas negara, pasti enak. Virusnya pasti menang, manusia akan kalah. Jadi justru itu kita harus punya pemahaman secara komplit," kata Wiku.

Ia juga mengutip laporan Bloomberg terkait analisis proses vaksinasi. Laporan itu menyebut, dunia membutuhkan waktu 7 hingga 10 tahun untuk proses vaksinasi. Namun, proses itu bisa dipercepat asal jumlah vaksinnya memadai.

"Apakah manusia diam saja dengan analsis itu? Itu kan cuma analisis saja dengan kondisi sekarang. Ya kalau vaksinnya lebih banyak, ya mungkin cuma dua tahun atau bahkan satu tahun. Atau kalau terjadi mutasi bisa-bisa lebih panjang dari 10 tahun. Jadi jangan takut dengan kondisi itu," kata Wiku.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Vaksin Bukan Satu-satunya Solusi

FOTO: Mural Jadi Media Sosialisasi Bahaya COVID-19 di Tangerang
Warga berjalan melintasi mural bertema COVID-19 di kawasan Tanah Tinggi, Tangerang, Banten, Rabu (20/1/2020). Kegiatan ini dalam rangka mensosialisasikan bahaya penyebaran COVID-19 kepada warga pengguna jalan umum. (merdeka.com/Arie Basuki)

Wiku berpendapat masyarakat tidak bisa berserah saja terhadap kondisi tersebut. Menurutnya, vaksin bukan satu-satunya solusi melawan pandemi. Perlu menegakkan testing, tracing, dan treatment, serta memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak.

"Jadi jangan punya tameng satu aja, kalau vaksinasi satu saja nggak akan bisa. Kita makanya punya banyak itu dalam rangka melindunginya, dan itu adaptasi kebiasaan baru dalam manajemen dalam bersikap. Sedunia, bayangkan. Jadi tugasnya itu berat kalau gak bersama-sama dengan seluruh rakyat di dunia gak akan bisa," pungkasnya.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya