Liputan6.com, Jakarta - Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan terorisme terjadi karena rendahnya nilai-nilai agama hingga salah menafsirkan.
"Terkait kasus teror sepekan terakhir pemicunya adalah rendahnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama sehingga salah dalam menafsirkannya, akhirnya mudah dipengaruhi dan didoktrin," katanya kepada wartawan, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga
Selain itu, lanjut Wawan, adanya pemahaman makna jihad yang sempit. Bahwa jihad dengan melakukan aksi kekerasan berupa bom bunuh diri atau amaliyah akan mati syahid dan masuk surga.
Advertisement
"Menurut mereka waktu yang tepat untuk amaliyah adalah menjelang ramadhan dan targetnya kelompok yang dinilainya kafir. Hal ini bisa dilihat dari wasiat yang mereka tinggalkan untuk keluarga dan orang terdekatnya. Ini yang harus kita luruskan melalui literasi publik bersama seluruh elemen masyarakat," tuturnya.
Lebih lanjut, kata dia, pemicu terjadinya aksi teroris lainnya adalah keliru pemahaman tentang agama dan ideologi. Serta keliru dalam mencerna persoalan dan ada masalah ekonomi.
"Jika terjadi penindakan oleh aparat lantas timbul sakit hati dan ingin balas, apalagi jika mereka beranggapan ada ketidakadilan dalam masyarakat," jelasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Perlu Pengawasan Orang Tua
Wawan mengimbau masyarakat agar waspada dan tidak mudah menerima ajaran dan doktrin yang keliru tentang nilai-nilai agama. Orang tua juga perlu mengawasi anaknya.
"Jika ada perilaku yang aneh segera dibimbing dan diingatkan supaya terhindar dari pengaruh ajaran yang mengarah ke aksi terorisme. Tidak ada agama yang mengajarkan teror," pungkasnya.Â
Reporter: Genan
Sumber: Merdeka
Advertisement