Mantan Napiter: Telegram dan Facebook Sering Digunakan Merekrut Teroris

Dia mengatakan, orang bisa direkrut tanpa tatap muka dengan media sosial. Mereka bisa membina dan melakukan baiat tanpa harus bertemu.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Apr 2021, 11:55 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2021, 11:55 WIB
Telegram
Telegram. (Doc: Techweez)

Liputan6.com, Jakarta Mantan narapidana terorisme (napiter), Haris Amir Falah mengungkap saat ini rekrutmen teroris lebih mudah dilakukan di media sosial. Dia menjelaskan, yang sering digunakan para teroris untuk merekrut yaitu dengan menggunakan aplikasi pesan Telegram dan facebook.

"Ada beberapa media sosial yang menjadi alat yang mereka gunakan secara intensif, misalnya Telegram, maaf saya harus sebutkan itu, media sosial itu, di Facebook juga digunakan," kata Haris pada saat diskusi dengan Besatu Melawan Teror dalam akun YouTube Sindo Trijaya, Sabtu (3/4/2021).

Dia mengatakan, orang bisa direkrut tanpa tatap muka dengan media sosial. Mereka bisa membina dan melakukan baiat tanpa harus bertemu.

"Betul, sekarang itu karena teknologi sudah canggih orang bisa direkrut tanpa bertemu muka, mereka bisa aktif tanpa berdialog, mereka bisa dibina lewat media sosial. Jadi orang tanpa bertemu bisa menjadi seorang pengantin," ungkap Haris.

Dia mengatakan sistem baiat saat ini tidak perlu bertemu. Mereka kata Haris bisa melakukan dengan cara baiat gaib. Menurut dia dengan cara tanpa tatap muka doktrin tersebut bisa terjadi.

"Iya boleh dibilang pelaku dan korban, artinya karena ada usaha yang terprogram yang mencari mangsa dan merekrut, kemudian membina, karena sistem baiat itu tidak perlu bertemu, mereka bisa melakukan baiat gaib, mereka bisa bertemu dengan pimpinan, bisa di kamar sendirian, kemudian berbaiat, mereka sudah terikat dengan program itu," bebernya.

Dia juga tidak menepis anggapan bahwa perekrutan teroris menyasar generasi milenial. Hal itu dia alami juga pada saat SMA.

"Saya dulu direkrut ketika saya SMA, karena sedang mencari jati diri, ingin menunjukan kehebatan dan kemudian bertemulah apa yang mereka punya bertemu dengan dokrin-dokrin bisa menyalurkan apa keinginannya," ungkap Haris.

Dia juga mengatakan hingga kini perekrutan para milenial masif dilakukan. Hal tersebut terlihat dengan adanya kasus teror yang dilakukan di Mabes Polri serta mereka yang baru saja bebas usai menjalani hukum atas aksi teror.

"Saya 3 hari lalu juga ke LP Gunung Sindur, sebagian besar baru keluar, masih 22, 23, paling tua 25 tahun," tambahnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pemimpin Takut Mati

Sementara itu dia pun enggan membeberkan siapa otak dari perekrutan tersebut. Sebab dia mengatakan saat ini yang memegang kendali adalah orang yang takut mati.

"Yang megang remote-nya para pembinanya lah. Ya itulah disayangkannya ya, orang-orang dibikin berani mati tapi dia hanya berani hidup," ungkapnya.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin/Merdeka.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya