Kemendikbud-Ristek: Banyak Orangtua Keluhkan Anak Bangun Siang Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Selama PJJ, kata Sri, tidak semua orang tua mampu memfasilitasi anak-anaknya belajar dari rumah.

oleh Yopi Makdori diperbarui 25 Jun 2021, 08:40 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2021, 07:40 WIB
Perjuangan Anak Sekolah Belajar Jarak Jauh Selama Pandemi
Sejumlah murid SD mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di sebuah pos keamanan RT 003 RW 006 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru melalui aplikasi pesan singkat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi pandemi Covid-19 memaksa anak-anak di Indonesia harus menjalani pembelajaran belajar secara jarak jauh (PJJ). Pelaksanaan PJJ bukan tanpa masalah. Banyak orangtua mengeluhkan bahwa semenjak PJJ anak-anak jadi kurang disiplin.

Misalnya saja, anak-anak yang jika dalam kondisi normal terbiasa bangun pagi, tapi saat PJJ mereka justru sering bangun siang. 

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih dalam acara "Apa Kabar Pembelajaran Tatap Muka  Terbatas, Kamis, 24 Juni 2021.  

Selama PJJ, kata Sri, tidak semua orang tua mampu memfasilitasi anak-anaknya belajar dari rumah. Hal itu lantaran baik dari kompetensi akademik, maupun fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki orang tua kurang mendukung. 

"Belum lagi orang tua gelisah terhadap perilaku anak-anak," ujar Sri.

Kesulitan PJJ juga bukan hanya itu. Sri mengatakan, sementara anak-anak kesulitan menerima pembelajaran di masa pandemi, baik yang daring atau luring, para orang tua juga kesulitan untuk mengajari mereka.

"Karena PJJ ini ada dua, daring dan luring. Dan ini diizinkan sesuai dengan kemampuan sekolah mengelola itu dan fasilitas yang memang dimiliki orang tua atau anak-anak itu sendiri," pungkas dia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Perpanjangan PPKM Mikro

Sebelumnya, pemerintah memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro, mulai 15-28 Juni 2021 karena meningkatnya kasus aktif Covid-19 di sejumlah provinsi.

Dalam PPKM kali ini, sekolah yang berada di zona merah atau risiko tinggi penularan Covid-19 dilarang melakukan pembelajaran tatap muka.

Kegiatan belajar mengajar mengikuti apa yang sudah diputuskan oleh Kementerian Pendidikan. Namun, untuk daerah merah itu juga kecamatan yang daerah merah 100 persen (belajar) daring," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi, Senin (14/6/2021).

Dia menyebut bahwa pembelajaran tatap muka terbatas sudah dilakukan di beberapa daerah dengan ketentuan dua hari dalam sepekan.

Airlangga mengatakan periode perpanjangan PPKM Mikro kali ini bersamaan dengan libur sekolah.

"Jadi kecamatan yang merah itu secara online 2 minggu dan pada periode ini 15 sampai 28 Juni adalah sebagian besar sudah libur anak-anak sekolah," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya