Ahli soal Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Jateng per Jumat 9 Juli 2021

Ahli Epidemiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), menjelaskan meningkatnya angka kematian pasien Covid-19 di Jawa Tengah lantaran mereka telat tertangani di rumah sakit.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Jul 2021, 21:16 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2021, 20:55 WIB
Corona di Yogyakarta
BBTKLPP Yogyakarta menjadi salah satu tempat uji lab pasien corona COVID-19 di Jateng dan DIY. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan, Jawa Tengah (Jateng) menjadi daerah tertinggi yang mencatat angka penambahan pasien Covid-19 yang meninggal dunia, pada hari ini, Jumat (9/7/2021). Total 202 pasien.

Angka tersebut memperbesar jumlah korban jiwa akibat Covid-19 menjadi 12.566 kasus. Hal ini menjadikan Jawa Tengah, provinsi kedua tertinggi untuk kasus meninggal setelah Jawa Timur yang mencapai 13.626 kasus.

Ahli Epidemiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr Yudhi Wibowo menjelaskan meningkatnya angka kematian pasien Covid-19 di Jawa Tengah lantaran mereka telat tertangani di rumah sakit.

Menurutnya, kebanyakan para pasien baru dibawa ke fasilitas kesehatan setelah dalam kondisi kritis.

"Saat ini yang teridentifikasi adalah keterlambatan datang ke RS (datang sudah dalam kondisi jelek). Selanjutnya jumlah ICU masih perlu ditambah, saat ini BOR sudah 90 persen," ucap dr Yudhi kepada Liputan6.com, Jumat (9/7/2021).

Keterlambatan tersebut, lanjut dia disebabkan abainya masyarakat terhadap bahaya virus Corona. Sehingga ketika ditemui gejala permulaan virus ini, masyarakat cenderung tak menganggapnya sebagai penyakit yang serius.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bergejala, Langsung Periksa ke RS

Baru ketika kondisi sudah parah, seperti kesulitan bernafas, barulah mereka sudi untuk ke rumah sakit.

"Ya masyarakat mungkin masih kurang care bahwa kondisi memang harus segera dirawat atau dirujuk ke RS. Kadang menolak jika diminta isolasi terpusat agar lebih terpantau. Juga proses perburukkan yang relatif cepat," paparnya.

Untuk itu dr Yudhi mengimbau supaya masyarakat yang telah bergejala Covid-19 untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

"Kalau ada gejala sedang, misal nafas mulai pendek atau mulai bingung/delirium ini kemungkinan karena sudah hipoksia, otak kekurangan oksigen jadi mulai delirium," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya