Menkes: Pasien Covid-19 Wafat di RS Lebih Cepat, 3-4 Hari Sudah Tutup Usia

Menurut Budi, hal ini disebabkan banyak pasien Covid-19 yang terlambat tertangani di rumah sakit.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 02 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2021, 14:56 WIB
FOTO: Perjuangan Paramedis Merawat Pasien COVID-19 di RSUD Kota Bogor
Paramedis menyisir rambut pasien COVID-19 di Ruang ICU RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021). Tingkat keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) RSUD Kota Bogor saat ini mencapai 73 persen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa angka kematian pasien Covid-19 meningkat dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, kata dia, pasien Covid-19 banyak yang meninggal dunia setelah dibawa ke Rumah Sakit (RS).

"Yang wafat di rumah sakit mendadak jadi lebih cepat, biasanya rata-rata sebelumnya 8 hari, sekarang rata-rata 3 hari 4 hari sudah wafat," jelas Budi Gunadi dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (2/8/2021).

Selain itu, dia mengungkapkan akhir-akhir ini banyak pasien Covid-19 di IGD yang meninggal dunia. Padahal, biasanya pasien tutup usia paling banyak yang dirawat di ruang ICU.

"Di IGD (dulu) paling cuma 1 (sampai) 2 persen (yang wafat). Sekarang di IGD hampir 20 persen. Kita heran, kok kenapa orang di IGD jadi banyak yang wafat," ujarnya.

Menurut Budi, hal ini disebabkan banyak pasien Covid-19 yang terlambat tertangani di rumah sakit. Kemudian, mereka yang dibawa ke rumah sakit saturasi oksigennya sudah rendah di angka 70 sampai 80 persen

Dia menyebut seharusnya pasien sudah harus dibawa ke rumah sakit saat saturasinya masih 90 sampai 93 persen untuk mendapat penanganan. Jika saturasinya sudah di bawah 90 persen, maka akan lebih sulit ditangani.

"Sekarang orang masuk RS sudah 70 saturasinya, sudah 80 saturasinya. Itu telat sekali. Artinya, virusnya sudah menyebar ke dalam paru dan udah sesak," katanya.

Budi pun meminta masyarakat yang terpapar tak menjadikan Covid-19 sebagai aib yang harus ditutupi. Dia menyampaikan bahwa risiko kematian akibat virus corona lebih renda dibandingkan HIV dan TBC.

"Jadi nanti kalau dia dirawat dengan cepat harusnya (pasien Covid-19) bisa sembuh. Enggak usah malu, enggak usah khawatir kalau kena. Yang penting lapor saja, begitu tes cepet, enggak usah takut di tes. Begitu kita tahu (positif) bisa kita tangani," tutur Budi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pantau Saturasi Oksigen

Dia menduga penyebab lain yang membuat angka kematian menjadi tinggi karena ada masyarakat yang belum mengetahui saturasi oksigen saat menjalani isolasi mandiri. Budi mengingatkan bahwa saturasi oksigen harus terus dipantau di atas 94 persen.

"Begitu di bawah 94 persen, jangan tunggu lebih lama langsung ke puskesmas, langsung ke dokter atau langsung pindah ke isolasi terpusat supaya ada perawat yang menjaga," ucap dia.

"Jangan dibiarkan di rumah, karena itu membuat saudara kita, family (keluarga) kita bisa wafat. Begitu udah di bawah 94% segera kirim ke isolasi terpusat nggak usah nunggu 80 (persen), 80 itu udah terlambat sekali," sambung Budi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya