Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Manoarfa berbicara tentang demokrasi dalam pidato kebangsaan di HUT ke-50 CSIS. Menurutnya, demokrasi merupakan sistem yang melayani semua aspek bangsa.
"Berdemokrasi bukanlah melayani segelintir elite yang berkuasa atau yang berpunya, berdemokrasi adalah proses pembuktian bahwa tak ada satupun, tak ada seorang pun, tak ada satu pihak pun yang tertinggal atau ditinggal, no one left behind," katanya, Jumat (20/8/2021).
Suharso mengungkapkan, PPP terpanggil sejarah untuk menegaskan bahwa kebaikan dan kebajikan demokrasi yang terpokok adalah mengorientasikan langkah dan kebijakan pada umat rakyat dan bangsa.
Advertisement
"PPP berlandaskan prinsip Islam rahmatan lil alamin terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa fungsi terpokok dari demokrasi adalah menyejahterahkan umat, memuliakan rakyat dan membangun bangsa," kata dia.
Menurut kepala Bappenas itu, demokrasi tanpa kesejahteraan adalah demokrasi yang gagal. PPP ingin membuktikan bahwa demokrasi adalah buah dengan pohon yang manis.
"Demokrasi niscaya wajib menghasilkan kesejahteraan, demokrasi tanpa kesejahteraan demokrasi yang gagal, PPP terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa demokrasi adalah pohon dengan buah yang manis, bukan pohon berbuah pahit atau racun," pungkasnya.
Suharso juga menegaskan bahwa demokrasi bukanlah alat untuk memecah belah. Menurutnya, demokrasi wajib dijadikan instrumen untuk saling mendukung dan menebar manfaat.
"Demokrasi bukanlah alat untuk memecah belah, demokrasi bukan alat untuk mencaci, membenci, demokrasi wajib dijadikan instrumen untuk saling mendukung, memuliakan dan saling membesarkan dengan berlomba lomba menebar manfaat dan kemaslahatan bagi sesama dan semesta," katanya.
Â
Tak Ada Pertentangan Demokrasi dengan Islam
Dia melanjutkan, partai ka'bah ingin membuktikan demokrasi adalah instrumen untuk berlomba lomba mewujudkan kebaikan. PPP terpanggil untuk membuktikan hal tersebut.
"PPP memikul tugas sejarah bersama seluruh unsur kebangsaan yang terpanggil untuk membuktikan bahwa demokrasi adalah instrumen atau tata cara untuk berlomba lomba mewujudkan kebaikan dan kebajikan," ucapnya.
Menurutnya, dalam kerangka itu, tidak ada pertentangan antara demokrasi dan Islam. Kata dia, demokrasi bukanlah ideologi melainkan tata cara atau tata laksana. Sementara Islam adalah sistem nilai yang utuh dan menyeluruh untuk mengatur hidup manusia.
"Islam adalah sebuah jendela besar untuk melihat dunia yang membahagiakan lahir batin seutuhnya," pungkas Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu.
Reporter: Genan Kasah
Sumber: Merdeka.com
Advertisement