Kemenkes Pastikan Stok Obat dan Oksigen Aman Bila Terjadi Gelombang Ketiga Covid-19

Nadia memastikan stok obat-obatan bila terjadi gelombang ketiga Covid-19 aman.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2021, 16:34 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2021, 08:41 WIB
Vaksin Moderna untuk Vaksinasi Dosis Ketiga bagi Tenaga Kesehatan
Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan di RSUD Matraman, Jakarta, Jumat (6/8/2021). Pemberian vaksin dosis ketiga atau booster kepada tenaga kesehatan di Indonesia ditargetkan rampung pada pekan kedua Agustus 2021. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia memiliki persiapan yang jauh lebih kuat dalam mengantisipasi Covid-19 gelombang ketiga pasca-libur panjang akhir tahun. Hal ini dikarenakan pemerintah telah belajar dari gelombang kedua pada Juli lalu.

"Kalau oksigen ini kan sudah kita tambah, bahkan kita tambah generator. Banyak hal yang kemudian dipastikan kebutuhan oksigen kalau dia bisa meningkat misalnya berkali-kali lipat," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Kamis (14/10/2021).

Nadia juga melaporkan stok obat-obatan saat ini aman. "Kita tentunya berharap tidak terjadi peningkatan kasus seperti di bulan Juli. Jadi kita berusaha tetap menekan kasus tersebut, walaupun kalau ada peningkatan, pasti akan kita upayakan dan mengendalikan," katanya.

Begitu juga dengan fasilitas kesehatan seperti ruang perawatan atau isolasi terpusat. Semuanya, kata dia, dalam posisi tersedia.

"Kita tetap antisipasi kok gelombang ketiga. Kalau dibandingkan Juli kita antisipasinya jauh lebih banyak," ujar Siti Nadia.

Dia mengatakan, tidak ada penambahan oksigen saat gelombang kedua Juli lalu.

"Kalau obat kan pasti kita sekarang stoknya cukup. Tapi kemudian obat juga sudah ganti kan, favipiravir, bukan lagi oseltamivir. Telemedicine juga sudah ada mekanismenya, telemedicine yang dengan IDI dengan asosiasi telemedicine, jadi sudah ada sistemnya," imbuhnya.

Selain itu, kata dia, angka pelacakan kontak (tracing) dan pemeriksaan (testing) juga lumayan tinggi. "Artinya tidak terjadi penurunan dibandingkan di awal terjadinya peningkatan kasus Juli lalu," ungkapnya.

Nadia juga menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia mampu menurunkan 56 persen kasus Covid-19 pada Juli 2021 dalam waktu dua minggu dengan PPKM Darurat.

"Artinya, dukungan dari semua pihak itu juga menjadi penting yang kemudian kita bisa betul-betul menurunkan angka tersebut. Yang penting mewaspadai," ungkapnya.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Peningkatan karena Varian Delta

Nadia mengungkapkan umumnya sebagian besar negara tetangga yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 karena varian Delta.

"Kita lihat varian Delta ini kan terus bermutasi. Nah ini yang memang harus diwaspadai, artinya tetap varian Delta yang harus jadi kewaspadaan kita," tuturnya.

Di Indonesia juga, kata dia, 50 persen varian Covid-19 yang dilaporkan adalah varian Delta.

"Makanya menjadi penting bagaimana memastikan baik varian Delta maupun varian yang mungkin masuk ya dari luar itu harus tetap kita perkuat pintu masuk kita," pungkasnya.

Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa belum lama ini Indonesia melewati gelombang kedua.

"Semua infrastruktur pelayanan kesehatan dan medik diperkuat untuk menghadapi lonjakan kasus tersebut. Maka tentunya fasilitas tersebut juga akan standby untuk menghadapi potensi lonjakan kasus ke depan," kata Wiku Adisasmito.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya