Wilayah Salatiga Rawan Gempa Akibat Sesar Aktif, BMKG Ingatkan Edukasi Mitigasi Bencana

Gempa bumi magnitudo 3,0 mengguncang wilayah Kota Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa, Jawa Tengah pada Sabtu, 23 Oktober 2021 pukul 00.32.05 WIB.

oleh Yopi Makdori diperbarui 23 Okt 2021, 06:46 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2021, 06:46 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi
Ilustrasi Gempa Bumi (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bumi magnitudo 3,0 mengguncang wilayah Kota Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa, Jawa Tengah pada Sabtu, 23 Oktober 2021 pukul 00.32.05 WIB.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, wilayah-wilayah tersebut memang berada di sekitar sesar aktif pemicu gempa tektonik. Daryono mencatat paling tidak ada dua sesar aktif di sana, yaitu Sesar Merapi Merbabu dan Sesar Rawa Pening.

Mengingat wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa berdekatan dengan sumber gempa sesar aktif, maka Daryono mengingatkan perlu untuk dilakukan edukasi mitigasi gempa bumi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

"Seperti pentingnya membangun bangunan tahan gempa atau ramah gempa, memahami cara selamat saat terjadi gempa, karena gempa kuat dapat terjadi kapan saja dari sumber gempa sesar aktif terdekat tersebut," tulis dia dalam akun Instagram pribadinya, Sabtu (23/10/2021).

Daryono mengatakan, dalam catatan sejarah wilayah Salatiga, Banyubiru, dan Ambarawa pernah mengalami beberapa kali gempa signifikan, yakni gempa kuat dan merusak. Sebut saja gempa Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 24 September 1849.

Kemudian ada gempa Banyubiru, Ambarawa, dan Ungaran pada 17 Juli 1865 di mana gempa ini menyebabkan rumah tembok retak.

"Gempa Semarang, Ungaran, dan Ambarawa terjadi pada 22 Oktober 1865. Pada keesokan harinya pada 23 Oktober 1865 guncangan gempa kembali terjadi diikuti gemuruh," terang dia.

Ada juga gempa Ungaran dan Ambarawa pada 22 April 1866, di mana gempa itu menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok. Selanjutnya ada gempa Salatiga, Ambarawa dan Ungaran terjadi pada 10 Oktober 1872 di mana guncangan gempa ini menyebabkan kerusakan bangunan rumah tembok.

"Gempa merusak terakhir adalah peristiwa Gempa Sumogawe, Getasan magnitudo M 2,7 pada 17 Februari 2014 dimana gempa ini merusak beberapa rumah diikuti suara dentuman keras," beber dia.

Daryono menerangkan, gempa yang mengguncang Salatiga dan sekitarnya diduga dipicu oleh Sesar Merbabu, Merapi dan Telomoyo.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Diduga kuat sumber gempa sesar aktif yang menjadi pemicu gempa ini adalah Sesar Merbabu Merapi Telomoyo," kata Daryono.

 

3 Gempa Susulan

Daryono menjelaskan, gempa utama (mainshock) tersebut diikuti dengan tiga kali rentetan gempa susulan (aftershocks), yaitu:

a. Pukul 00.42.54 WIB M2,9 kedalaman 11 km (7 km Barat Salatiga)

b. Pukul 01.25.00 WIB M2,5 kedalaman 5 km (12 km Barat Laut Salatiga)

c. Pukul 02.35.57 WIB M2,5 kedalaman 13 km (12 km Barat Laut Salatiga)

"Seluruh rangkaian rentetan gempa ini baik gempa utama (mainshock) dan tiga gempa susulannya (aftershocks) berpusat di komplek Gunung Telomoyo," papar dia.

Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.

Hingga pagi ini, kata Daryono belum dilaporkan adanya kerusakan bangunan imbas gempa yang mengguncang usai tengah malam tersebut.

"Dan hasil monitoring BMKG menunjukkan belum terjadi lagi gempa susulan," pungkasnya.

Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya?

Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya? (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gempa Malang Alarm Bencana Besar Berikutnya? (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya