Sekjen PDIP Ungkap Pengurus Ranting Tidak Ingin Megawati Bertemu Jokowi

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyinggung soal banyaknya pengurus ranting dan cabang di daerah yang mengirim pesan penolakan atas wacana pertemuan Megawati dengan Presiden Joko Widodo alis Jokowi. Para pengurus PDIP di daerah tidak ingin Megawati bertemu dengan Jokowi.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 27 Apr 2024, 16:15 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2024, 16:15 WIB
Joko Widodo atau Jokowi dan Megawati
Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyinggung soal banyaknya pengurus ranting dan cabang di daerah yang mengirim pesan penolakan atas wacana pertemuan Megawati dengan Presiden Joko Widodo alis Jokowi. Para pengurus PDIP di daerah tidak ingin Megawati bertemu dengan Jokowi.

"Banyak pengurus ranting yang meminta agar tolong jangan dilakukan (pertemuan Megawati dengan Jokowi). Ini suara kebenaran. Pengurus di daerah ini bergabung dengan PDIP karena ada emotional bonding. Inilah kepemimpinan yang menyatu dengan napas rakyat," kata Hasto dalam keterangannya, Sabtu (27/4/2024).

Selain itu, Hasto juga menyampaikan bahwa kunci utama PDIP menghadapi pilkada 2024 adalah soliditas dan tidak mudah percaya pada pihak yang mengaku sahabat PDIP tapi ternyata pengkhianat.

Hal itu disampaikan Hasto Kristiyanto saat memberikan pengarahan di Rapat Konsolidasi DPC PDIP Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (27/4/2024). Kata Hasto, PDIP akan move on dan melangkah ke depan.

"Partai move on, tetap bergerak ke depan. Partai menyiapkan langkah-langkah strategis, termasuk di dalam agenda yang sebentar lagi akan kita hadapi pada 27 November 2024 dengan pilkada serentak," kata Hasto.

Sekjen PDIP itu mengingatkan, seluruh jajaran partai dan para elite harus solid. Dalam konteks itu, Hasto menegaskan, jangan sampai ada lagi pihak yang mengaku sahabat tetapi sebenarnya adalah pengkhianat.

"Karena ini ada yang mengaku sahabat tapi malah mendemo kantor partai. Itu pengkhianat, bukan sahabat!" tegas Hasto.

Hasto mengingatkan bahwa akan ada beberapa proyek-proyek politik yang mencoba membelah soliditas PDIP melalui politik devide et impera.

"Dalam pilkada pasti ada yang namanya vested interest, ada kepentingan-kepentingan, bahkan kadang kepentingan orang per orang. Maka akan ada upaya bagaimana mengganggu soliditas PDIP," ujar Hasto.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ketimbang Bertemu Jokowi, Megawati Lebih Pilih Menemui Anak Ranting PDIP

Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membakar semangat para kader saat berpidato dalam Rapat Koordinasi PDIP di Sanur, Denpasar, Bali, Rabu 22 November 2023. (Foto: Tim Media PDIP)

Setelah pemilihan presiden (pilpres) 2024, hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin merenggang. Apalagi saat momentum Idul Fitri 1445 Hijriah, Megawati dan Jokowi ini belum ada tanda-tanda akan bertemu.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto meyakini Megawati lebih memilih bertemu sosok anak-anak ranting partai ketimbang Presiden Jokowi. Alasannya, anak ranting partai dapat memberikan Megawati kekuatan saat ini.

"Bertemu anak ranting PDI Perjuangan itu sumber kekuatan, dari yang namanya ketua umum DPP PDI Perjuangan itu berasal dari anak ranting. Itu suatu kehormatan," kata Hasto Kristiyanto kepada wartawan di Rumah Relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Hasto pun mengungkap bagaimana cara kekuatan anak ranting bisa menjadi benteng bagi Megawati. Salah satunya melalui sekolah partai yang diikuti anak-anak ranting dan menjelma sebagai pemimpin di tingkat daerah hingga nasional.

"PDI Perjuangan mengadakan sekolah partai, sehingga muncullah Ery Cahyadi, yang merintis karier dari ASN, menjadi Wali Kota di Surabaya. Muncul Bu Ita menjadi wali Kota Semarang. Pak Abdullah Azwar Anas jadi bupati dua periode di Banyuwangi, itu dari kalangan rakyat biasa," tutur Hasto.

"Rano Karno dari kalangan artis, tapi punya suatu keberpihakan terhadap budaya bangsa. Bisa menjadi gubernur. Pak Djarot Saiful Hidayat seorang dosen, bisa jadi wali kota Blitar dua periode," Sekjen PDIP itu menambahkan.


PAN Singgung 'Suara Berisik Berisi Racun' di Tengah Wacana Pertemuan Jokowi-Megawati

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mendatangi Kantor DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (22/8/2023) siang.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri ditemani Ganjar Pranowo dan Hasto Kristiyanto mendatangi Kantor DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (22/8/2023) siang.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga mengkritik keras pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto soal wacana pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Viva menilai dalam wacana pertemuan dua tokoh tersebit ada suara berisik yang berisi racun menjadi penghalang silaturahmi antara Presiden Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri.

Padahal, dia meyakini bahwa Megawati dan Jokowi sudah saling memaafkan, meski hanya dalam hati.

"Jika di bulan Syawal ini Pak Jokowi dan Bu Megawati tidak dapat saling bersilaturahmi secara fisik, karena faktor waktu atau faktor psikologis, tetapi saya meyakini bahwa beliau berdua tentu sudah saling memaafkan, meski di dalam hati," kata Viva Yoga kepada wartawan, Sabtu (13/4/2024).

Menurutnya, kedua tokoh tersebut sudah paham bagaimana dunia politik. Viva yakin Jokowi dan Megawati memiliki rasa toleransi dengan perbedaan politiknya, terutama di pemilu 2024.

"Alasannya, beliau berdua adalah tokoh bangsa yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan politik. Sudah tertempa oleh pahit getirnya dinamika politik," ujar Viva.

"Di samping itu, beliau berdua tentu akan dapat saling memahami posisi dan pemikiran politik masing-masing, sehingga ada nilai toleransi," sambungnya.

Politikus PAN itu pun kembali menyinggung suara berisik dan berisi racun soal di tengah rencana pertemuan Jokowi dan Megawati. Menurut Viva, suara itu hanya mematikan sikap kenegarawanan Jokowi dan Megawati.

"Meskipun banyak suara berisik yang berisi racun yang mematikan sikap kenegarawanan beliau berdua, tentu hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam memaknai kompetisi, persaingan, dan pertarungan politik di sistem demokrasi konstitusional," ucap Viva.

Dia meyakini masyarakat akan senang jika pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati benar-benar terjadi. Publik membutuhkan pemimpin yang solid dan guyub.

"Rakyat akan senang dan bergembira jika para pemimpinnya hidup akur, guyub, kompak, solid, dan menjaga nilai persahabatan. Berbeda pemikiran dan pendapat itu hal yang wajar di dunia politik. Yang tidak boleh itu beda pendapatan," tuturnya.

Infografis Sentilan Megawati Soekarnoputri untuk Jokowi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Sentilan Megawati Soekarnoputri untuk Jokowi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya