Siswa SLB di Kalideres Hamil 5 Bulan Diduga Dicabuli Teman Satu Kelas

Seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) diduga mengalami pelecehan seksual hingga hamil lima bulan. Mirisnya, aksi itu disebutkan keluarga korban dilakukan oleh teman-teman satu kelasnya.

oleh Tim News diperbarui 21 Mei 2024, 16:40 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2024, 16:35 WIB
Ilustrasi Pelecehan Anak
Siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) mengalami pelecehan seksual hingga hamil lima bulan. Ilustrasi Pelecehan Anak (iStockphoto)​

Liputan6.com, Jakarta Seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) diduga mengalami pelecehan seksual hingga hamil lima bulan. Mirisnya, aksi itu disebutkan keluarga korban dilakukan oleh teman satu kelasnya.

Kejadian menyedihkan itu diungkap oleh ibu kandung AS, Rusyani, yang menyebut kalau anaknya merupakan siswi kelas 7 di salah satu SLB di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

Rusyani menjelaskan kejadian itu baru diketahui pada 6 Mei 2024 lalu. AS yang memiliki keterbelakangan dalam pendengaran, bicara, dan intelektual itu tiba-tiba mengalami perubahan fisik yang cukup signifikan.

Awalnya Rusyani dan suamiinya tak curiga jika putrinya yang masih di bawah umur itu mengandung. Karena apa yang dipikirkan itu tak pernah terbayang, apalagi anaknya sekolah khusus SLB yang mendapat perhatian ekstra.

"Awalnya enggak ada kecurigaan, karena anak saya datang menstruasi itu enggak setiap bulan. Pernah 4 bulan enggak datang menstruasi itu enggak ada apa-apa," kata Rusyani saat ditemui di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (20/5/2024).

Rusyani juga sempat menanyakan kondisi telat datang bulan itu kepada dokter. Pihak dokter mengatakan jika hormon siswi SLB itu belum stabil, karena baru pertama kali mengalami menstruasi di usianya yang 15 tahun 2 bulan.

"Tapi kebetulan kemarin lebaran anak saya itu sakit, malam takbir muntah-muntah sampai 4 kali. Lama-lama ke sininya, kok anak saya semakin memburuk kondisinya," kata Rusyani.

"Setelah kondisi tersebut, saya tanggal 6 Mei kemarin ke klinik terdekat. Lantas itu saya meminta rujukan ke rumah sakit ke poli kandungan," imbuhnya.

Saat itulah, kecemasan dari Rusyani semakin menjadi-jadi. Ketika dokter menyarankan untuk melakukan prosedur USG. Saat itulah, perasaan Rusyani hancur, karena mengetahui kalau anaknya telah hamil lima bulan.

"Akhirnya saya pulang dengan tanya menanya dengan keluarga semua sampai 7 orang, di mana dia (pelaku). (Korban) nunjukin sekolah pakai bahasa isyarat," kata Rusyani.

Keluarga Korban Cari Keadilan

Ilustrasi Pelecehan Seksual Anak
Siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) berinisial AS (15) mengalami pelecehan seksual hingga hamil lima bulan. Ilustrasi kekerasan seksual pada anak. Sumber: Istimewa

Akibat ini, Rusyani pun mencari keadilan dengan menunjukkan dugaan anaknya merupakan korban pelecehan seksual. Dari dua foto anak laki-laki yang satu kelas, lalu ditunjuk oleh AS.

Sempat mendatangi sekolah, namun harapan mencari keadilan tidak didapat. Karena sempat terhalang ketika hendak bertemu wali kelasnya dan ingin bertemu dengan keluarga dari terduga pelaku.

"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasan takutnya syok katanya. Saya bilang, lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya," tuturnya.

"(Pihak sekolah) enggak mau ngasih kondisi yang bagaimana, enggak mau menjembatani kami lah. (Kata pihak sekolah) di situ malah asumsinya, siapa tahu omnya, siapa tahu bapaknya, siapa tahu lingkungan," ucap Rusyani menirukan pihak sekolah.

Mendengar jawaban itu, Rusyani sangat kecewa. Dengan berencana untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwajib dan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

Sementara masih mempertimbangkan membawa kasus ke ranah hukum, Rusyani berharap pihak sekolah dapat memberikan solusi. Karena dalam kejadian ini, anaknya bisa dengan jelas memberitahu bahwa lokasi kejadian pelecehan di toilet wanita lantai 3 SLB.

"Saya harap sekolah ada solusinya. Karena anak saya pendidikan seperti ini yang dibilang perlu pendidikan ekstra, pada kenyataannya tanggung jawabnya sekolah. Ini kan kelalaian semua guru. Saya mohon penyelesaiannya sampai jalur hukum," ujar Rusyani.

Penjelasan Pihak Sekolah

Ilustrasi Pelecehan Pencabulan Anak
Ilustrasi Pelecehan Seksual/Pencabulan. (Freepik/Jcomp)

Secara terpisah, pihak sekolah membantah menolak upaya pertemuan ia dan orang tua AS. Demikian disampaikan Kepala Sekolah SLB di Kalideres tersebut, Daliman.

Menurutnya, pertemuan antara pihak sekolah dan orang tua sempat tertunda karena memasuki waktu cuti bersama, sehingga sekolah dalam kondisi libur. Walaupun dia tidak membantah telah menerima laporan terkait hamilnya AS itu sejak 8 Mei 2023 lalu.

"Dari laporan ini kami tindaklanjuti, kami informasikan kepada guru kelas dan langsung mengajak berbicara dengan anak tersebut, baik korban maupun terduga," kata Daliman saat ditemui di lokasi sekolah, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (20/5/2024).

"Bahwa ini adalah mohon dibuat suasananya senyaman mungkin supaya anak merasa nyaman diajak komunikasi. Singkat cerita, hasil komunikasi antara anak dan orang tua itu tidak ditemukan siapa pelakunya," tambah dia.

Daliman pun menyatakan sedianya pihak sekolah telah mengajak keluarga Rusyani untuk menyelesaikannya secara internal dengan melibatkan pihak PPPA. Di sana juga telah berbincang dengan pihak terduga korban.

Posisi sekolah selaku penjembatan antara korban dan terduga pelaku, turut menemukan opsi untuk melakukan tes DNA. Apabila nanti sang bayi yang dikandung korban telah lahir dan memiliki kecocokan dengan terduga pelaku.

"Jadi, segala cara sudah diupayakan, namun tidak ditemukan indikasi bahwa yang melakukan adalah anak sekolah," katanya.

Oleh sebab itu, Daliman mengatakan perlu pembuktian lebih lanjut. Pasalnya, apabila dicek ke belakang lima bulan sebelum kejadian sekolah tengah meliburkan siswanya. Karena ada ujian akhir semester dan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

"Di bulan Desember (5 bulan sebelum Mei), dari segi waktu itu kan libur akhir semester. Di bulan ketiga keempat itu ada istilahnya kegiatan P5, kami melakukan pendampingan, dan ada PAT (penilaian akhir tahun) yang dilakukan lebih awal," kata Daliman.

"Ikhtiar sekolah sudah kami lakukan. Kami berkeyakinan dengan ikhtiar kami ini, kemungkinan kecil kejadian itu di sekolah. Tapi ini kan perlu (pembuktian)," lanjut dia.

 

Reporter: Bachtiarudin Alam

Sumber: Merdeka.com

Infografis: Deretan kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan Tahun 2011 (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan Tahun 2011 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya