Menko Airlangga: Inflasi RI Lebih Baik Dibandingkan dengan Negara G20 Lainnya

Airlangga menyatakan bahwa inflasi dapat terkendali berkat kebijakan keterjangkauan harga, terjaganya ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi yang efektif antar pemangku kepentingan.

oleh Tim News diperbarui 14 Jun 2024, 19:35 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2024, 19:31 WIB
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024)
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa tingkat inflasi Indonesia masih relatif lebih baik dibandingkan dengan tingkat inflasi di berbagai negara anggota G20 lainnya, seperti Rusia, India, Australia, dan Amerika Serikat.

Inflasi (Indonesia) di bulan Mei ini 2,84 persen year-on-year (yoy). Dan dibandingkan dengan negara G20 lain, Rusia misalnya 7,84 persen yoy, India 4,75 persen, Australia 3,6 persen, dan Amerika Serikat 3,3 persen. Jadi Indonesia relatif lebih baik dari negara-negara tersebut,” ujar Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (14/5/2024).

Airlangga menyatakan bahwa inflasi dapat terkendali berkat kebijakan keterjangkauan harga, terjaganya ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi yang efektif antar pemangku kepentingan, terutama terkait bauran kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil.

“Stabilisasi harga untuk mengatasi kenaikan harga dalam jangka pendek melalui penyaluran beras SPHP (Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), bantuan pangan, serta gerakan pangan murah, telah berhasil menekan kenaikan harga,” katanya.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah peningkatan produksi pertanian dengan penambahan alokasi pupuk subsidi maupun akses pembiayaan untuk sektor pertanian melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor pertanian dengan porsi penyaluran sebesar 30,4 persen.

Airlangga mengatakan bahwa pihaknya juga berupaya untuk memastikan kelancaran distribusi, terutama untuk 10 komoditas pangan strategis, serta optimalisasi tol laut untuk distribusi ke daerah tertinggal, terpencil, dan terluar.

“(Dalam menjaga tingkat inflasi,) ada beberapa hal juga yang perlu ditekankan, yang pertama adalah kesinambungan pasokan domestik sebagai kunci utama untuk menjaga stabilitas pangan di seluruh daerah,” ucapnya. dilansir dari Antara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengembangan Neraca Pangan

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024). (Dok. Istimewa)

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pengembangan neraca pangan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menyediakan data pangan yang akuntabel sehingga stabilisasi harga di daerah dapat lebih termonitor

Ia menuturkan bahwa berbagai program pengendalian inflasi tersebut didukung dengan anggaran dari berbagai kementerian dan lembaga di tingkat pusat yang per 31 Mei 2024 realisasinya mencapai Rp39 triliun, atau 29 persen dari pagu Rp124,16 triliun.

Realisasi fiskal untuk berbagai program tersebut di tingkat daerah mencapai Rp13,56 triliun dari total pagu Rp92 ,87 triliun.

Airlangga mengatakan bahwa dengan terkendalinya inflasi, hal tersebut dapat mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi nasional yang tahun lalu mencapai 5,11 persen, jauh lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi Bank Dunia hanya sebesar 2,6 persen.

 


Waspadai Pergeseran Potensi Perdagangan

Meskipun begitu, ia menyampaikan bahwa Indonesia perlu mewaspadai adanya pergeseran potensi perdagangan dan rantai pasok di kawasan Asia Tenggara dari China ke Amerika Serikat.

Kondisi tersebut kurang menguntungkan bagi Indonesia mengingat Indonesia tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat.

“Hanya memang karena kita (Indonesia) belum punya FTA (dengan Amerika Serikat), jadi yang diuntungkan masih Vietnam, Thailand, dan beberapa negara lain di ASEAN. Jadi kita sedang mempersiapkan (perjanjian) perdagangan dengan Amerika,” kata Airlangga.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya