Kasus Asusila oleh Polisi di Bangka Belitung, Sahroni DPR Minta Propam Segera Pecat Pelaku

Ironisnya, ini terjadi di Mako Polsek Tanjung Pandan pada, Rabu (15/5/2024) lalu sekira pukul 20.30 WIB, di mana pelaku berniat melaporkan dugaan tindak pidana persetubuhan yang dialaminya saat berada di salah satu panti asuhan dengan terlapor bernama Beni.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 19 Jul 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2024, 12:00 WIB
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Seorang polisi di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, menjadi tersangka kasus asusila terhadap seorang anak di bawah umur.

Ironisnya, ini terjadi di Mako Polsek Tanjung Pandan pada, Rabu (15/5/2024) lalu sekira pukul 20.30 WIB, di mana pelaku berniat melaporkan dugaan tindak pidana persetubuhan yang dialaminya saat berada di salah satu panti asuhan dengan terlapor bernama Beni.

Terkait hal ini, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mencopot pelaku sebagai anggota polisi. Bahkan, dia meminta Propam Polda Bangka Belitung segera memecat dan memproses pidana pelaku.

"Saya minta Propam Polda Bangka Belitung segera tangani kasus ini dengan tegas dan cepat, jangan berlarut-larut. Jika benar terbukti, langsung PTDH saja pelakunya, tidak usah dibela-bela. Karena kalau sampai ketahuan dibela, ini tentunya akan sangat berbahaya bagi citra kepolisian. Bahkan akan semakin bagus kalau Polda Babel yang kawal langsung agar pelaku turut mendapat hukuman pidana yang berat. Perlihatkan kepada publik bahwa pelaku-pelaku bejat seperti ini tidak pernah punya ruang di Polri," kata dia dalam keterangannya, Kamis (19/7/2024).

Politikus NasDem ini juga meminta Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polda Kepulauan Bangka Belitung untuk mengambil alih kasus tersebut. Unit PPA harus memastikan agar korban mendapat keadilan dan penanganan medis pasca tragedi.

"Unit PPA Polda Babel juga harus perhatikan kesehatan fisik dan mental korban, berikan fasilitas yang terbaik. Karena ntah seperti apa trauma yang dirasakan korban, berharap mendapat keadilan tapi justru mendapat pelecehan lainnya. Jadi tolong jangan perparah situasi ini lagi. Segera berikan keadilan untuk korban," ungkap dia.

Sahroni pun menyebut penanganan kasus ini akan menjadi salah satu tolak ukur penilaian kepercayaan masyarakat kepada Polri.

"Polda Babel harus bisa tangani ini dengan tegas, jangan sampai apa-apa mabes harus ikut turun tangan. Karena masyarakat melihat, dan kepercayaan sedang dipertaruhkan," pungkasnya.

 

Niat Lapor ke Polsek Usai Diperkosa, Anak Panti Asuhan di Belitung Malah Dicabuli Polisi

Seorang polisi di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, menjadi tersangka kasus asusila terhadap seorang anak di bawah umur.  

KBO Satreskrim Polres Belitung, IPDA Wahyu Nugroho dalam jumpa pers beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya berhasil mengungkap satu orang pelaku dugaan tindak pidana perbuatan asusila terhadap seorang anak yang terjadi di wilayah hukum Polres Belitung.

"Anggota Polri berinisial Brigpol AK," katanya.

Wahyu Nugroho menjelaskan, peristiwa dugaan tindak pidana perbuatan pencabulan anak di bawah umur tersebut terjadi di Mako Polsek Tanjung Pandan pada, Rabu (15/5) lalu sekira pukul 20.30 WIB.

Kronologi kejadiannya berawal saat korban bersama dua rekannya datang ke Mapolsek Tanjung Pandan untuk melaporkan kejadian dugaan tindak pidana persetubuhan yang dialaminya saat berada di salah satu panti asuhan dengan terlapor bernama Beni.

"Setibanya di Polsek Tanjung Pandan korban bertemu dengan pelaku lalu di suruh masuk ke salah satu ruangan di Polsek Tanjung Pandan," ujarnya.

Setelah ditanya oleh pelaku soal kejadian yang dialami korban, lanjut Wahyu Nugroho, kemudian tidak berselang lama korban diajak oleh pelaku untuk berpindah ruang, saat masuk ke dalam ruangan tersebut pintu dikunci dari dalam.

"Sedangkan kedua teman korban menunggu di ruangan lainnya, singkat cerita di ruang tersebut terjadi dugaan tindak pencabulan itu," katanya.

Menurut Ipda Wahyu Nugroho, setelah melancarkan aksi tersebut, pelaku meminta agar korban tidak menceritakan kejadian tersebut kepada orang lain.

"Setelah itu korban keluar dari ruangan tersebut dan menyuruh mereka pulang ke panti asuhan. Atas kejadian tersebut korban merasa takut dan trauma sehingga pelapor selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melaporkan kejadian ini ke SPKT Polres Belitung," ujarnya.

Barang Bukti

Adapun barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi antara lain hasil "visum et repertum", satu helai celana panjang jenis kargo warna hitam, dan satu buah jepit berwarna pink.

Akibat perbuatan tersebut, pelaku dijerat Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Juncto Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara dan atau Pasal 6 C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Kekerasan Seksual dengan ancaman maksimal pidana penjara paling lama 12 tahun.

"Saat ini untuk pelaku sudah berstatus tersangka mulai, Selasa (16/7) kemarin dan juga sudah dilakukan penahanan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya