Liputan6.com, Jakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin mengancam dan menyasar anak muda, millenial dan Gen Z sebabai sasaran utamanya. Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus juga bersuara dan secara tegas mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya kaum muda, untuk bangkit melawan kejahatan kemanusiaan ini.
“Tidak pernah ada kata terlambat untuk memerangi perdagangan orang. Saya mengajak semua pihak untuk mengerahkan segala daya upaya untuk menghentikan perdagangan orang dan memulihkan martabat mereka yang menjadi korban,” ujar Paus Fransiskus seperti dikutip dari situs vatican news.
Baca Juga
Seperti diketahui, Paus Fransiskus akan melawat ke Indonesia pada September mendatang. Dalam lawatan tersebut, Paus juga akan berjumpa dan mendengarkan suara orang muda Indonesia.
Advertisement
Mempersiapkan kedatangan Paus Fransiskus, Scholas Occurenter yang didukung oleh 5P Global Movement dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengadakan program pemberdayaan kaum muda. Salah satunya programnya, menyorot berbagai persoalan yang sedang dihadapi orang muda saat ini.
Co-Founder dan Chair 5P Global Movement, Arsjad Rasjid menegaskan, pertumbuhan ekonomi yang merata dan inklusif menjadi kunci untuk memerangi perdagangan orang. Dia meyakini, Indonesia sangat bergantung dari orang muda, karena posisinya yang dominan dalam bonus demografi.
“Sudah seharusnya anak muda diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya dan menjadi pembawa solusi. Mereka juga harus menjadi pembawa harapan bagi generasinya yang terjebak dalam tawaran instan, menggiurkan tetapi mematikan,” kata Arsjad keterangan tertulis diterima, Rabu (24/7/2024).
Berdasarkan laporan “Indonesia Gen Z Report 2024” yang dikeluarkan IDN Research, 61,3% anak muda mengeluhkan harga bahan pokok yang tinggi, keterbatasan lapangan pekerjaan 57,7%, dan kesejahteraan 49%. Artinya mayoritas milenial dan Gen Z mencemaskan masa depan mereka karena dihimpit oleh tekanan biaya hidup yang tinggi dan keterbatasan lapangan pekerjaan.
Beberapa di antaranya terjebak dalam pinjaman online, judi online, bahkan perdagangan manusia. Nasib mereka berakhir menjadi korban kerja paksa, pekerja seksual, perbudakan modern, dan perdagangan organ.
Modus TPPO
Senada dengan itu, Ketua Dewan Pembina PADMA, Gabriel Goa menegaskan, salah satu modus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terbaru adalah menyasar kaum millenial dan Gen Z yang cenderung melek digital.
Dengan online scam melalui judi online, pinjaman online, seks online, trading online, date online, dan game online, para pelaku menargetkan milenial dan Gen Z Indonesia untuk diseberangkan ke Filipina, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.
“Mereka ingin keluar dari jebakan kemiskinan. Tawaran yang mereka terima menggiurkan, tetapi nyatanya mereka masuk dalam jebakan perbudakan, eksploitasi seksual, hingga perdagangan organ,” kata Gabriel.
Sebagai informasi, laporan dari International Labour Organization (ILO) melaporkan dari sekitar 21 juta korban kerja paksa, 11 juta di antaranya ada di Asia Pasifik. Terbanyak adalah wanita, 83% jadi korban eksploitasi seksual, dan 82% pekerja paksa laki-laki.
Kemudian, catatan Kementerian Luar Negeri pada 2020 hingga 2023 menyebut sebanyak 3.428 kasus penipuan online, 40% di antaranya terindikasi TPPO. Terbanyak kasus tersebut dialami masyarakat di Sumatera utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat.
Diketahui, TPPO juga berkembang pesat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan korban kematian mencapai 624 pekerja migran sepanjang 2017 – 2022.
Advertisement