Fraksi Partai Demokrat DPR telah menunjuk Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III menggantikan Gede Pasek Suardika. Meski begitu, penunjukkan Ruhut tak berjalan mulus. Sejumlah anggota Komisi III mengaku tak rela bila ia dipimpin Ruhut. Bahkan ada yang mengancam akan keluar dari anggota komisi bila itu terjadi.
Meski kadernya "dijegal", Partai Demokrat menegaskan akan tetap mempertahankan Ruhut. Partai yang dipimpin SBY itu menilai mekanismenya memang demikian.
Bahkan, Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan mengaku Demokrat diperlakukan tak adil bila dibandingkan dengan fraksi lain. Padahal, kata dia, apa yang dilakukannya itu merupakan hak fraksinya.
Jika tak ada aral melintang, penetapan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III akan digelar pada Kamis 3 Oktober 2013 besok di Gedung DPR. Sebelumya, penetapan itu batal diputuskan pada Selasa 24 September 2013 lantaran rapat pleno di internal Komisi III berjalan alot.
Tak ingin kembali "dijegal" pada penetapan dirinya esok, Ruhut pun ancang-ancang dengan menyemburkan ancaman ke sejumlah koleganya yang menolak.
"Besok gua mau terangin. Kaget bos, bicara moral kalau kalian tahu moralnya (yang menolak Ruhut) itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Nampaknya, perang aib akan segera kembali "tayang". Tabuh genderang "perang" itu sebenarnya telah bergaung sejak penolakan Ruhut di ruang Komisi III menggema sejak pekan lalu. Lantas bagaimana perang aib sebelumnya itu terjadi.
Meski kadernya "dijegal", Partai Demokrat menegaskan akan tetap mempertahankan Ruhut. Partai yang dipimpin SBY itu menilai mekanismenya memang demikian.
Bahkan, Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan mengaku Demokrat diperlakukan tak adil bila dibandingkan dengan fraksi lain. Padahal, kata dia, apa yang dilakukannya itu merupakan hak fraksinya.
Jika tak ada aral melintang, penetapan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III akan digelar pada Kamis 3 Oktober 2013 besok di Gedung DPR. Sebelumya, penetapan itu batal diputuskan pada Selasa 24 September 2013 lantaran rapat pleno di internal Komisi III berjalan alot.
Tak ingin kembali "dijegal" pada penetapan dirinya esok, Ruhut pun ancang-ancang dengan menyemburkan ancaman ke sejumlah koleganya yang menolak.
"Besok gua mau terangin. Kaget bos, bicara moral kalau kalian tahu moralnya (yang menolak Ruhut) itu," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Nampaknya, perang aib akan segera kembali "tayang". Tabuh genderang "perang" itu sebenarnya telah bergaung sejak penolakan Ruhut di ruang Komisi III menggema sejak pekan lalu. Lantas bagaimana perang aib sebelumnya itu terjadi.
1. `Kumpul Kebo`
Rapat pleno internal Komisi III DPR dengan agenda pelantikan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III DPR pada Selasa 24 September 2013 lalu berlangsung panas. Ruhut mendapat penolakan sejumlah anggota Komisi III.
Bahkan, salah satu anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa menyinggung masalah pribadi Ruhut yang dianggap telah kumpul kebo dan tak mengakui anak kandungnya.
Mendengar pernyataan Desmond, Ruhut pun angkat bicara. Dengan nada geram, mantan aktor sinetron Gerhana ini meminta Desmondd tak mengangkat masalah pribadinya ke dalam pemilihan dan pelantikan dirinya sebagai Ketua Komisi III DPR.
"Jangan karena tidak senang, mengangkat masalah pribadi saya. Kau kasih pipi kanan kau, menampar pipinya sendiri," kata Ruhut dalam rapat pleno internal Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013 lalu.
Ruhut menjelaskan, dirinya ditugaskan langsung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menempati kursi Ketua Komisi III. Dia menyayangkan para koleganya itu yang sama-sama menjadi anggota Komisi III menyinggung masalah pribadinya.
"Ini masalah pribadi, di BK saya clear. Saya dilaporkan ke Mabes Polri, tidak ditindaklanjuti," tukas Ruhut.
Dalam rapat pleno internal Komisi III, anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengaku tak sepakat Ruhut menjadi Ketua Komisi III. Desmond tak mau dipimpin Ruhut yang tak mengakui anak kandungnya sendiri. Bahkan sempat diberitakan miring dengan isu kumpul kebo bersama wanita lain.
"Orang-orang partai saya menanyakan kepada saya, apakah Pak Desmond mau memiliki ketua komisi yang tidak mengakui anaknya yang mengatakan di media. Dan ini harus kita sikapi dalam kebijakan partai, sehingga kami tidak mau melanggar norma-norma agama dan norma-norma sosial kehidupan kita," ungkap Desmond.
Rapat pleno internal Komisi III DPR dengan agenda pelantikan Ruhut Sitompul sebagai Ketua Komisi III DPR pada Selasa 24 September 2013 lalu berlangsung panas. Ruhut mendapat penolakan sejumlah anggota Komisi III.
Bahkan, salah satu anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa menyinggung masalah pribadi Ruhut yang dianggap telah kumpul kebo dan tak mengakui anak kandungnya.
Mendengar pernyataan Desmond, Ruhut pun angkat bicara. Dengan nada geram, mantan aktor sinetron Gerhana ini meminta Desmondd tak mengangkat masalah pribadinya ke dalam pemilihan dan pelantikan dirinya sebagai Ketua Komisi III DPR.
"Jangan karena tidak senang, mengangkat masalah pribadi saya. Kau kasih pipi kanan kau, menampar pipinya sendiri," kata Ruhut dalam rapat pleno internal Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013 lalu.
Ruhut menjelaskan, dirinya ditugaskan langsung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menempati kursi Ketua Komisi III. Dia menyayangkan para koleganya itu yang sama-sama menjadi anggota Komisi III menyinggung masalah pribadinya.
"Ini masalah pribadi, di BK saya clear. Saya dilaporkan ke Mabes Polri, tidak ditindaklanjuti," tukas Ruhut.
Dalam rapat pleno internal Komisi III, anggota Komisi III Fraksi Partai Gerindra Desmond J Mahesa mengaku tak sepakat Ruhut menjadi Ketua Komisi III. Desmond tak mau dipimpin Ruhut yang tak mengakui anak kandungnya sendiri. Bahkan sempat diberitakan miring dengan isu kumpul kebo bersama wanita lain.
"Orang-orang partai saya menanyakan kepada saya, apakah Pak Desmond mau memiliki ketua komisi yang tidak mengakui anaknya yang mengatakan di media. Dan ini harus kita sikapi dalam kebijakan partai, sehingga kami tidak mau melanggar norma-norma agama dan norma-norma sosial kehidupan kita," ungkap Desmond.
Advertisement
2. Batik India
Anggota Komisi III lainnya yang menolak Ruhut menjadi Ketua Komisi III DPR ialah Ahmad Yani dari Fraksi PPP. Mendapat penolakan itu, Ruhut tak terima. Ruhut menilai Yani tak tahu balas budi. Dia pun lantas mengungkit pemberian baju batik India buah tangannya saat Komisi III studi banding ke India.
"Waktu itu kita studi banding ke India, ini true story. Ada baju batik bagus sekali saya beli, istri saya senang batik India saya. Yani bilang, bang aku senang baju abang. Karena Yani sahabat saya di komisi III kita kasih buat Yani," tuturnya disambut tawa hadirin.
"Jadi tangan kanan memberi tangan kiri tak tahu," lanjut Ruhut saat memberikan tanggapannya atas penolakan sejumlah anggota komisi III saat rapat pleno internal Komisi III di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013.
Menanggapi ungkitan Ruhut itu, Yani pun angkat bicara. Dia mengakui bila Ruhut pernah memberikan batik India. "Masalah itu betul. Saya waktu itu di India sedang jalan melihat batik bagus sekali. Itu baju biasa, murah kok harganya nggak seberapa, warna hijau dan biru," ungkap Yani saat dihubungi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013.
Yani mengaku tertarik membeli baju batik yang sesuai dengan warna partainya yakni hijau. Namun ia tak langsung membeli lantaran masih ingin melihat-lihat koleksi batik lainnya di toko yang ia kunjunginya tersebut.
"Waktu saya balik lagi, batik itu nggak ada. Kata pedagangnya sudah dibeli oleh teman saya. Karena Ruhut beli 2, saya bilang 'Pak Ruhut beli 1 saja deh. Itu kan warna hijau untuk saya saja'," tutur Yani.
Akhirnya Ruhut menyerahkan baju itu secara sukarela. Yani mengatakan kejadian itu sudah lama terjadi, meski baju itu masih ada dan sesekali masih ia kenakan.
"Tapi menurut saya masa hal-hal seperti itu nggak usah diungkit. Tidak perlu lah," paparnya.
Anggota Komisi III lainnya yang menolak Ruhut menjadi Ketua Komisi III DPR ialah Ahmad Yani dari Fraksi PPP. Mendapat penolakan itu, Ruhut tak terima. Ruhut menilai Yani tak tahu balas budi. Dia pun lantas mengungkit pemberian baju batik India buah tangannya saat Komisi III studi banding ke India.
"Waktu itu kita studi banding ke India, ini true story. Ada baju batik bagus sekali saya beli, istri saya senang batik India saya. Yani bilang, bang aku senang baju abang. Karena Yani sahabat saya di komisi III kita kasih buat Yani," tuturnya disambut tawa hadirin.
"Jadi tangan kanan memberi tangan kiri tak tahu," lanjut Ruhut saat memberikan tanggapannya atas penolakan sejumlah anggota komisi III saat rapat pleno internal Komisi III di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013.
Menanggapi ungkitan Ruhut itu, Yani pun angkat bicara. Dia mengakui bila Ruhut pernah memberikan batik India. "Masalah itu betul. Saya waktu itu di India sedang jalan melihat batik bagus sekali. Itu baju biasa, murah kok harganya nggak seberapa, warna hijau dan biru," ungkap Yani saat dihubungi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 24 September 2013.
Yani mengaku tertarik membeli baju batik yang sesuai dengan warna partainya yakni hijau. Namun ia tak langsung membeli lantaran masih ingin melihat-lihat koleksi batik lainnya di toko yang ia kunjunginya tersebut.
"Waktu saya balik lagi, batik itu nggak ada. Kata pedagangnya sudah dibeli oleh teman saya. Karena Ruhut beli 2, saya bilang 'Pak Ruhut beli 1 saja deh. Itu kan warna hijau untuk saya saja'," tutur Yani.
Akhirnya Ruhut menyerahkan baju itu secara sukarela. Yani mengatakan kejadian itu sudah lama terjadi, meski baju itu masih ada dan sesekali masih ia kenakan.
"Tapi menurut saya masa hal-hal seperti itu nggak usah diungkit. Tidak perlu lah," paparnya.
3. Langgar HAM
Salah satu anggota komisi III lainya yang menolak keras pelantikan Ruhut adalah dari Fraksi Hanura, Syarufudin Suding. Membalas penolakan itu, Ruhut menyinggung Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.
"Itu pelanggaran HAM Tim-tim. Biar kalian tahu, waktu itu belum ada Hanura," kata Ruhut di Gedung DPR.
Ruhut menyatakan, dirinya yang menyelamatkan Wiranto dalam kasus Timor-Timur tersebut. Si "Poltak" ini juga mengaku bahwa sampai kini Wiranto masih menaruh hormat pada dirinya.
"Wiranto itu sampai sekarang begini (Ruhut langsung berpose hormat) sambil bilang 'lawyer'. Karena itu aku senang bilang ini biar orang nilai siapa Ruhut ini sebenarnya," ucap dia.
Saat "penyelamatan" Wiranto, kata Ruhut saat itu yang menjadi pengacaranya antara lain Adnan Buyung Nasution, Hotma Sitompul, dan Assegaf. "Tapi yang ngomong hanya aku," ungkapnya bangga.
Meski mengungkap kasus-kasus lama, Ruhut membantah dirinya menginginkan balas budi.
Menanggapi hal itu, Wiranto mengatakan seorang pemimpin dibutuhkan loyalitas terhadap institusi dan anak buahnya. Selain itu, seorang pemimpin juga harus diterima seluruh anggotanya.
"Kalau yang dipimpin enggak senang dan enggak setuju, ya jangan memimpin. Masa dia memaksakan diri," kata Wiranto di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10/2013).
Wiranto yang juga merupakan Mantan Panglima ABRI ini menjelaskan, seorang pemimpin juga harus punya visi yang sepaham dengan anggotanya. Karena itu, Wiranto menilai Ruhut ditolak karena tak dipercaya anggotanya.
"Komisi III itu kan kelompok manusia yang dipimpin seseorang, kalau yang dipimpin enggak percaya, dia mau mimpin siapa dan bagaimana misi yang diemban," tukas Wiranto. (Ali)
Advertisement
Lanjutkan Membaca ↓