Panglima TNI: KRI Usman-Harun Bukan untuk Pancing Emosi Singapura

"Tetap nggak ada yang berubah. Tradisi baik yang dikemabangkan TNI adalah dalam memilih nama-nama KRI itu pendekatannya kesejarahan."

oleh Widji Ananta diperbarui 10 Feb 2014, 10:46 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2014, 10:46 WIB
moeldoko-130830-b.jpg
Panglima TNI Jenderal Moeldoko memastikan tidak akan mengubah nama KRI Usman-Harun meski diprotes Singapura. Nama itu diberikan berdasarkan sejarah, bukan untuk membangkitkan emosi warga Singapura terkait pengeboman MacDonald House, Orchard Road, pada 10 Maret 1965.

"Pemberian nama tidak ada kaitan membangkitkan emosi. Kita tak pikir itu," kata Jenderal TNI Moeldoko di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/2/2014).

Menurut dia, hingga saat ini hubungan Indonesia dan Singapura masih normal. Protes yang diajukan Singapura merupakan hal biasa dalam dinamika hubungan antarnegara. "Hubungan bilateral RI-Singapura baik-baik saja. Kalau itu bagian dari satu kerikil yang menghambat, itu hal biasa untuk sebuah negara," tambah dia.

Usman dan Harun adalah 2 prajurit Korps Komando Operasi (KKO-sekarang Marinir) Indonesia yang dieksekusi mati oleh Singapura pada 17 Oktober 1968. Mereka dinyatakan bersalah atas pengeboman MacDonald House, Orchard Road, Singapura, pada 10 Maret 1965 yang menewaskan 3 orang dan melukai 33 orang.

Sebenarnya, tambah Moeldoko, masalah Indonesia dan Singapura terkait Usman dan Harun sudah selesai setelah Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew melakukan tabur bunga di atas pusara Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada era 1970-an.

"Secara historikal dalam hubungan atas insiden kejadian Usman-Harun. Sebenarnya pada tahun 70-an kehadiran Lee Kuan Yew tidak saja menempatkan bunga tapi menabur bunga. Sebenarnya hubungan psikologis sudah dianggap selesai," jelas Moeldoko.

Karenaitu, protes Singapura tidak akan membuat nama Usman-Harun dihapus dari kapal perang buatan Inggris itu. Sebab, pengambilan nama itu dilakukan melalui proses diskusi sangat panjang. Apalagi pemakaian nama pahlawan untuk peralatan perang sudah lazim di Indonesia.

"Tetap nggak ada yang berubah. Tradisi baik yang dikemabangkan TNI adalah dalam memilih nama-nama KRI itu pendekatannya kesejarahan. Dengan titik berat pada warga negara yang memiliki jasa-jasa yang tinggi kepada negara. Di antaranya Usman-Harun. Diponegoro kita gunakan nggak ada masalah," ujar Moeldoko. (Eks/Yus)

Baca juga:
Indonesia Tarik Tim Jupiter dari Singapore Airshow 2014
Singapura Protes KRI Usman Harun, Kemenhan: Mereka Salah Pikir
Buntut Nama KRI Usman Harun, Singapura Batalkan Dialog Pertahanan

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya