Liputan6.com, Jakarta Gejolak pasar keuangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah berdampak signifikan terhadap bursa saham dunia, termasuk Indonesia. Sejak awal tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat mengalami penurunan cukup dalam, dengan tekanan paling kuat terjadi pada awal hingga pertengahan Maret 2025.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengungkapkan bahwa otoritas pasar modal bersama para pelaku pasar telah mengambil berbagai langkah responsif untuk menjaga stabilitas perdagangan dan meningkatkan kepercayaan investor.
Baca Juga
Salah satu langkah krusial yang dilakukan adalah penerapan mekanisme trading halt saat pasar mengalami tekanan ekstrem. Dalam dua kesempatan berbeda, yakni 18 Maret dan pada saat pengumuman tarif oleh Trump, perdagangan saham di BEI sempat dihentikan sementara karena indeks turun secara drastis.
Advertisement
“Jadi memang market kita mengalami tekanan yang cukup dalam, sehingga trading halt itu digunakan untuk bisa memberikan waktu jeda kepada para pelaku pasar untuk mencerna informasi yang terjadi di market. Itu juga kita gunakan sebagai suatu bentuk kebijakan yang kita sesuaikan dengan kondisi-kondisi yang luar biasa,” ujar Iman Rachman dalam diskusi virtual Trump Trade War: Menyelamatkan Pasar Modal, Menyehatkan Ekonomi Indonesia, Jumat (11/4/2025).
Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan perusahaan melakukan pembelian kembali saham (buyback) tanpa melalui RUPS. Kebijakan ini diyakini mampu menjaga likuiditas serta menahan laju penurunan harga saham.
BEI pun turut melakukan penyesuaian terhadap batasan auto rejection bawah (ARB). Jika sebelumnya ARB berlaku secara simetris, kini diberlakukan secara asimetris dengan batas bawah ditetapkan seragam sebesar 15 persen, untuk menjaga kestabilan pasar saat tekanan terjadi.
“Kita juga mengeluarkan kebijakan untuk mengubah auto rejection bawah, yang tadinya simetris kita ubah menjadi asimetris. Kita seragamkan menjadi 15 persen untuk ARB-nya. Ini juga salah satu cara untuk menjaga kestabilan dari pasar di saat tekanan itu terjadi.”
Peran Penting Investor Domestik
Data perdagangan menunjukkan, meskipun investor asing melakukan aksi jual (net sell) dalam jumlah besar. Tercatat hampir Rp 30 triliun sejak awal tahun investor domestik justru tampil sebagai penopang utama pasar. Pada tanggal 8 April, investor ritel domestik membukukan pembelian bersih hingga Rp 3,9 triliun, melampaui aksi jual asing.
“Kita lihat justru ada optimisme dari para investor ritel. Per tanggal 8 April, itu investor ritel net buy-nya itu Rp3,9 triliun. Padahal asing waktu itu net sell-nya Rp1,3 triliun. Jadi ini menunjukkan bahwa sebenarnya kepercayaan dari para investor domestik itu cukup besar," kata Iman.
Tren ini berlanjut, dengan peran investor institusi domestik mulai terlihat lebih aktif dalam menstabilkan pasar. Bahkan dalam periode libur panjang, terdapat lonjakan jumlah investor baru hingga 35 ribu akun, menandakan optimisme yang tinggi terhadap prospek pasar modal Indonesia.
“Menariknya selama libur panjang itu, pendaftar SID baru, itu lebih dari 35 ribu. Artinya selama libur panjang orang masih tertarik untuk buka rekening di pasar modal. Jadi ini hal-hal positif yang kita lihat," imbuh Iman.
Advertisement
Strategi Jangka Panjang: Diversifikasi dan Modernisasi
Tak hanya fokus pada penyesuaian jangka pendek, BEI juga telah menyiapkan strategi jangka panjang untuk memperkuat daya tahan dan daya saing pasar modal nasional. Salah satunya adalah diversifikasi produk investasi agar investor memiliki lebih banyak opsi dalam kondisi pasar naik maupun turun.
“Dari sisi produk, kita memperbanyak produk-produk derivatif. Kita akan launching single stock future dan beberapa ETF yang kita harapkan bisa digunakan oleh para investor untuk melakukan hedging dan juga alternatif investasi," kata Iman.
Dari sisi proses, BEI tengah mempercepat digitalisasi proses penawaran umum (IPO) agar semakin efisien dan menarik bagi emiten baru. “Dari sisi proses, kita akan mengubah proses IPO menjadi digital IPO, jadi dari hulu sampai hilir kita digitalisasi. Kita harapkan prosesnya lebih cepat dan efisien," imbuh dia,
Modernisasi Teknologi Perdagangan
Modernisasi teknologi perdagangan juga menjadi prioritas. BEI menargetkan peningkatan kapasitas sistem hingga tiga kali lipat pada tahun 2026, guna menghadapi pertumbuhan jumlah transaksi yang kian dinamis.
“Dari sisi platform, kita akan meningkatkan kapasitas dari sistem perdagangan. Target kita di 2026 itu kapasitasnya naik 3 kali lipat, supaya bisa menampung frekuensi yang lebih tinggi,” kata Iman.
Iman juga menyoroti pentingnya meningkatkan partisipasi investor institusi domestik agar pasar tidak hanya bergantung pada investor asing dan ritel. Dalam jangka menengah, BEI bersama para pemangku kepentingan telah merancang delapan strategi besar untuk memperkuat ekosistem pasar modal Indonesia.
Advertisement
