Liputan6.com, Jakarta - Proyek pengembangan mobil listrik nasional kembali menggeliat. Dari sisi pengetahuan, proyek ini digawangi oleh konsorsium yang terdiri dari lima perguruan tinggi negeri, UI, ITS, ITB, UGM, dan UNS.
Lima perguruan tinggi ini punya porsinya masing-masing dalam proyek mobil listrik. ITS misalnya, berfokus dalam pengembangan electrical control dan motor listrik, sementara ITB fokus di bagian sasis.
Menariknya, konsorsium mengklaim telah mampu memproduksi hampir semua komponen kendaraan. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Muhammad Nur Yuniarto dari tim mobil listrik ITS, saat jumpa pers di Kantor Kementerian Perindustrian, baru-baru ini. Ia bahkan mengklaim kesiapannya sudah 90 persen.
Baca Juga
Satu-satunya komponen yang belum bisa dibuat sendiri adalah baterai. Di dunia, saat ini baterai yang diandalkan untuk menggerakan mobil listrik berjenis lithium-ion.
"Tapi kalau kita pakai lithium berarti ketergantungan dengan luar negeri. Saat ini ITS sedang mengembangkan baterai jenis baru, sejauh ini kami sudah mengujinya dan hasilnya perlu dikembangkan lebih lanjut," ujar Nur.
Pengembangan mobil listrik yang dilakukan universitas sejauh ini memang jauh dari sempurna. Untuk desain, Nur pun mengakui masih banyak kritikan.
"Yang kami fokuskan adalah knowledge-nya (mengembangkan mobil listrik). Kalau kita bisa bikin produk jangan dinilai produknya, tapi pengetahuannya," kata dia.
Agar lebih maksimal, Nur menyarankan pengembangan mobil listrik dibuat `open source`. "Kalau dibuat open source kan enak, jadi siapa saja yang punya ide bisa menyempurnakan, misalnya dari desain," ujar Nur.