Oli Canggih untuk Mobil Standar, Bisa?

Bisakah oli yang biasa digunakan mobil standar emisi Euro 6 dipakai untuk standar emisi lebih rendah?

oleh Rio Apinino diperbarui 07 Sep 2017, 14:21 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2017, 14:21 WIB
Cek Kondisi Oli Mesin dalam 5 Menit
Pelumas mesin menjadi salah satu faktor maksimalnya performa mobil.

Liputan6.com, Jakarta Sejak 2007, Indonesia secara "konsisten" menerapkan standar emisi Euro 2 pada semua kendaraan bermotor. Regulasi ini baru akan diubah tahun depan dengan penerapan standar Euro 4 yang sebetulnya sudah diadopsi banyak negara.

Di tengah "konsistensi" Indonesia menerapkan standar emisi yang rendah itu, sejumlah produk otomotif terus berdatangan. Produk yang kadang kala masuk dari negara yang punya standar emisi jauh lebih tinggi dari sini, misalnya dari Eropa.

Misalya, Liqui Moly, produsen oli ternama asal Jerman, meluncurkan oli baru Molygen 5W30 di Jakarta beberapa waktu lalu. Oli ini diperuntukkan bagi kendaraan roda empat. Oli ini didatangkan langsung dari negara asalnya, yang notabene sudah menerapkan standar Euro 6.

Lantas kalau begini kasusnya, sebetulnya apa bisa oli premium seperti ini diterapkan pada kendaraan yang standar emisinya masih rendah?

Dijelaskan Gordon Alexander Lit, Chief Technical and Training Officer Liqui Moly Asia Pasific, hal ini sama sekali bukan masalah. "Memakai oli grade tinggi pada kendaraan dengan spesifikasi Euro 2 tidak masalah," terangnya.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

 

Pentingnya Kekentalan Oli

Yang justru perlu diperhatikan untuk memilih oli yang tepat lebih kepada kekentalan kendaraan. Dalam hal ini, konsumen bisa melihat petunjuknya di buku manual. Sepanjang kekentalannya sesuai dan ada penggantian berkala, mesin akan awet.

Itu pula alasan pemerintah memerintahkan pabrikan otomotif terlebih dulu membuat kendaraan dengan standar emisi yang lebih tinggi terlebih dulu, baru kemudian meminta penyedia bahan bakar dan pelumas untuk mengikuti.

Logika yang sama berlaku kalau dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar. Mobil standar Euro 2, misalnya, bisa-bisa saja pakai bahan bakar dengan standar Euro lebih tinggi.

Sementara sebaliknya, kalau bahan bakar dan pelumasnya punya standar yang lebih rendah dari mobilnya itu sendiri, baru bermasalah. Pasalnya, jika itu tidak dipatuhi, emisi yang keluar pada kendaraan akan lebih banyak ketimbang yang seharusnya.

"Misalnya, mesinnya sudah oke, standar tinggi, tapi pakai oli kualitasnya paling jelek. Ya kerak akan lebih mudah muncul. Mesin nanti bisa mati," pungkas  Gordon.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya