Liputan6.com, Jakarta - Sebagai langkah awal, setelah regulasi terkait keberadaan mobil ramah lingkungan di Indonesia resmi dikeluarkan, pabrikan diperbolehkan mengimpor mobil listrik, hybrid, dan energi terbarukan lainnya untuk dipasarkan di Indonesia.
Nantinya, mobil nol emisi impor ini akan mendapatkan insentif, yaitu pengurangan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Malahan kabarnya bakal sampai nol persen.
Advertisement
Baca Juga
"Awal itu, untuk membangun volume. Impor, tapi diharapkan dapat membangun skala ekonomi untuk bisa diproduksi lokal," ucap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, saat ditemui di Hotel Shangrila, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Airlangga mengatakan untuk target produksi mobil listrik ini memang diharapkan bisa tercapai dalam waktu tiga sampai lima tahun mendatang.
"Diusahakan nol persen (PPnBM). Saat ini masih berkoordinasi dengan kementerian terkait, dan segera diterbitkan," katanya.
Sementara itu, selain mobil listrik, pemerintah juga mendorong penurunan emisi dengan penerapan emisi Euro4 untuk mesin bensin, dan Euro4 juga untuk mesin diesel pada 2022. "Ke depan, target mobil listrik 20 persen pada 2025. jadi, jika pasar 2 juta, 400 unit mobil listrik," pungkasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tantangan Besar, Bangun Industri Mobil Listrik Layaknya Konvensional
Perkembangan mobil listrik sudah tidak terbantahkan. Mobil tanpa emisi diyakini mampu menjadi solusi masalah mobilitas di masa depan, seperti emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar.
Dijelaskan Warih Andang Tjahjono, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), elektrifikasi di masa depan merupakan sebuah keharusan. Namun, Indonesia akan jauh lebih baik tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga menguasai industrinya.
"Saat ini, bagaimana menciptakan environment yang bagus. Tidak hanya produk-produk otomotif saja, tapi juga industri mobil listrik," jelas Warih saat berbincang dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Warih melanjutkan, pihak Toyota Indonesia juga berkomitmen untuk menghasilkan produk (mobil listrik), serta terus mengembangkan mobil listrik atau hibrida.
"Konsentrasi kita, bagaimana membangun industri mobil listrik, sama seperti industri mobil konvensional. Itu tantangan besarnya," pungkasnya.
Sementara itu, untuk pasar mobil listrik di Indonesia, menurut Warih, akan tetap ditentukan oleh konsumen. Tidak ada campur tangan dari pemerintah atau pun pabrikan kendaraan, untuk menentukan mobil apa yang bakal dipilih masyarakat, hibrida ataupun listrik.
Advertisement