Hati-Hati, Kelamaan Nyetir Bisa Menurunkan Kecerdasan

Kelompok orang yang menyetir 2 sampai 3 jam per hari cenderung memiliki daya kerja otak yang lebih rendah dan terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kelompok orang yang jarang atau bahkan sama sekali tidak menyetir.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2018, 11:05 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 11:05 WIB
Ilustrasi Menyetir
Ilustrasi Menyetir (iStockPhoto)

Liputan6.com, Leicester - Jauhnya jarak tempuh dari rumah ke kantor berdampak pada waktu tempuh. Terutama jika Anda menyetir sendiri dan terjebak macet.

Bahkan, di kota-kota besar seperti Jakarta, menghabiskan waktu 1 hingga 2 jam di jalan seperti rutinitas yang tak bisa dihindari. Hingga muncul istilah tua di jalan.

Namun, taukah kamu bahwa hal ini memiliki dampak yang tak baik?

Melansir laman resmi Daihatsu Indonesia, sering terlalu lama menyetir bisa menurunkan kecerdasan dan melemahkan daya otak. Hal tersebut ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti dari University of Leicester.

Penelitian tersebut dilakukan selama lima tahun terhadap 500.000 orang yang berusia 37 sampai dengan 73 tahun. Kelompok orang yang menyetir 2 sampai 3 jam per hari cenderung memiliki daya kerja otak yang lebih rendah dan terus mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kelompok orang yang jarang atau bahkan sama sekali tidak menyetir.

Hal itu disebabkan lantaran selama menyetir otak tidak berfungsi dengan aktif. Lama kelamaan, jika frekuensi menyetir menjadi meningkat, daya kerja otak pun akan semakin menurun.

Sumber: Otosia.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dengerin Lagu Saat Nyetir Bisa Pengaruhi Gaya Berkendara, Benarkah?

Sebagian pengemudi memilih berkendara sembari mendengarkan musik.  Hal ini dilakukan agar nyaman dan terasa ada yang menemani saat diperjalanan.

Bahkan tak sedikit dari mereka menyimpan lagu-lagu hits atau terfavorit yang terintegrasi melalui smartphone atau perangkat lainnya.

 

 

 

Tetapi tahukah Anda, jenis musik dapat mempengaruhi cara mengemudi. Detak jantung dapat dipengaruhi beat musik yang didengar. Demikian dilansir Fimale.

Beberapa studi yang dilakukan dengan memonitor detak jantung seseorang saat mengemudi sambil mendengarkan berbagai jenis musik dianggap memiliki tempo yang berbeda.

Bahkan saat dideteksi, detak jantung pengemudi cenderung kurang stabil dibandingkan dengan pengemudi yang hanya mendengar satu jenis musik saja.

Sementara itu, Psikolog dari London University, Dr. Simon Moore, mengatakan, musik yang ideal saat mengemudi adalah musik yang memiliki tempo serupa dengan detak jantung.

Tempo yang serupa dengan detak jantung adalah sekitar 60 hingga 80 ketukan per menit. Hal itu terjadi karena musik dengan ketukan cepat justru akan meningkatkan konsentrasi pengemudi pada musik yang didengar.

Sedangkan pengemudi yang memutar musik bertempo 120 hingga 140 ketuk per menit, yang sebagian besar dimiliki oleh musik jenis rock, heavy metal, hip hop dan techno, memiliki kemungkinan lebih besar berkendara dengan cara yang lebih agresif.

Biasanya secara tidak sadar pengemudi cenderung mempercepat laju kendaraan mengikuti ketukan lagu. Begitu pula dalam bermanuver.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya