Liputan6.com, Jakarta - Thrive Motorcycle menjadi salah satu bengkel motor kustom yang mulai banyak dicari. Hal itu berkat karya-karyanya yang apik dengan detail yang rapi.
Hal ini juga tak lepas dari ciri khas kendaraan yang digarapnya. Memiliki lambang dan tulisan Thrive di setiap karyanya yang itu menjadikan setiap orang mudah mengenali.
Motor yang baru-baru ini digarap bengkel Thrive adalah Ninja 2-Tak dengan dua mesin. Karya tersebut berupa brand based, di mana klien merupakan suatu brand, bukan perorangan. Perwujudan tersebut dilakukan dari hasil voting.
Advertisement
Baca Juga
Melalui situs website brand terkait, 10 voting teratas berisi rancangan motor tertentu. Salah satu voting tertinggilah yang tertuang ke motor "drag race" tersebut.
Kendala dari motor brand based yaitu waktu. Dengan deadline yang singkat dan pekerjaan yang rumit, motor tersebut harus sudah siap di pameran yang telah ditentukan.
Menurut Erlangga Djojosaputro, salah satu pendiri Thrive Motorcycle, karya itu hanya dapat digunakan untuk acara tertentu. Motor pun dirancang sesuai keinginan atau inspirasi owner yang memang menyukai drag race.
Angga juga menjelaskan terkait kesulitan untuk mengerjakan motor brand based seperti itu. Pengerjaan dilakukan dengan timeline yang ketat. Dengan membangun sebuah motor dalam kurun waktu 2,5 bulan, yang tersulit di mana mengatur waktu branding activation, kebutuhan brand, dan exposure.
"Potensi untuk error hampir tidak ada, tidak mempunyai kesempatan untuk salah,"ujar Angga saat menjelaskan persiapan motor-motor Thrive yang berhasil masuk berbagai pameran bergengsi di Indonesia maupun dunia. Menurutnya, kesalahan satu hal saja berakibat fatal karena membuang waktu.
Hal tersebut juga karena ada pembuatan bagian tertentu yang belum pernah dibuat sebelumnya, bahkan oleh bengkel-bengkel lain. Harus melewati berbagai trial and error.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Layanan yang Ditawarkan
Selain motor brand based, Thrive juga melayani customer perorangan. Sama seperti brand based, melayani customer juga memiliki tingkat kesulitan tertentu. Salah satunya dalam membuat customer mengerti banyaknya pengembangan dari sisi teknis.
Kreatifitas yang bebas membuat waktu dan keuangan harus diperhatikan dan itu berbeda dengan brand-based. Pengerjaan yang dilakukan dengan gaya Thrive, tetap mempunyai nilai-nilai sejarah tipe motor yang sesuai dengan keinginan customer yang mengacu pada jamannya.
Selain dua tipe customer itu, Thrive juga melayani dua pilihan custom motor, yaitu regular-modified dan full-modified.
Regular-modified terdiri dari penggantian spakbor, rangka dan pengecatan ulang. Pengerjaan dilakukan kurang dari satu bulan dengan biaya sekitar Rp40 juta.
Untuk full-modified, 90 persen bagian motor diganti dengan onderdil Thrive yang berbasis handmade. Pengerjaan itu memakan waktu empat sampai enam bulan dengan biaya sekitar Rp300 juta.
Angga menjelaskan, Jika dirata-rata untuk biaya tersebut dapat terbilang rasional. Man-hour yang dikeluarkan lebih lama. "Pada akhirnya motor tersebut hanya ada satu dan sangat personalized,"jelasnya.
Pengukuran badan dan motor sangat diperhatikan. Pembuatan motor dilakukan agar seproporsional mungkin dengan pemiliknya. Untuk membuat sesuatu yang "tailor-made" seperti itu, Angga mewajarkan bahwa membutuhkan biaya yang lebih besar.
Nilai motor otomatis meningkat dengan brand Thrive yang tersemat pada motor tersebut.
After-service yang Ditawarkan
Solusi yang ditawarkan biasanya diawali dalam bentuk desain yang nantinya akan pelanggan pertimbangkan. Seperti pencapaian dan kepribadian motor yang memiliki kesamaan dengan pemiliknya.
Menurut Thrive, pelanggan merupakan kepingan terakhir dalam "puzzle" motor. Disaat pengendara berada di motornya, menjadi suatu gambaran utuh. Tujuan Thrive sendiri setiap membuat motor adalah mencerminkan karakteristik pengendara atau kendaraannya.
Thrive juga memungkinkan membantu para customer yang ingin menjual motornya. Menurutnya jangan hanya sekadar menjual, tetapi juga perhatikan nilai yang ada pada motor. Semisal seharusnya motor ini jatuh di tangan orang yang tepat.
After-service yang Thrive lakukan, membantu pemilik motor untuk mendapatkan pemilik baru yang memiliki nilai sama dengan pemilik sebelumnya. Hal tersebut juga prinsip yang Thrive selalu sematkan sejak menekuni industri kreatif ini.
Menurut Angga, untuk memulai di industri kreatif tidak pernah takut berbuat sesuatu dan khawatir akan komentar orang lain. Komentar maupun kritik pedas merupakan perhatian atas suatu karya. Terlepas dari hasil karya itu sendiri, mereka yang berkarya sudah berhasil memancing dan menimbulkan perdebatan atas suatu karya yang telah dibuat.
Reporter: Shaffa Maarij Kahfi
Sumber: Otosia.com
Advertisement