Ganti Oli Mesin, Pahami Kodenya Agar Tak Salah

Ada dua kode internasional yang umum digunakan oleh setiap produsen oli

oleh Arief Aszhari diperbarui 23 Jan 2020, 18:33 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2020, 18:33 WIB
Oli mesin
Oli mesin oplosan dapat membahayakan komponen mesin mobil. Apa risikonya?

Liputan6.com, Jakarta - Pemilik mobil wajib melakukan pergantian oli mesin secara berkala agar performa kuda besi kesayangan tetap prima. Tidak hanya untuk mencapai akselerasi maksimum, tapi juga menjaga daya tahan mesin mobil.

Namun, bagi empunya mobil, jangan sampai salah saat mengganti oli, karena mobil akan terasa tidak bertenaga. Bahkan, dalam jangka waktu panjang, bisa merusak berbagai komponen mesin.

Sejatinya, bisa diperhatikan setiap oli mesin memiliki beragam kode di kemasannya, dan ini sebagai petunjuk digunakan untuk mobil dengan teknologi mesin apa.

Melansir pressroomtoyotaastra, ditulis Selasa (23/1/2018), ada dua kode internasional yang umum digunakan oleh setiap produsen oli. Dua kode tersebut, adalah SAE (Society of Automotive Engineers), dan API (American Petrolium Institute).

Untuk diketahui, SAE merupakan badan internasional yang menjelaskan kekentalan oli. Hal ini berpengaruh pada saat pengaliran minyak pelumas, serta ketahanannya di suhu udara.

Kode pada SAE juga menunjukkan kemampuan suatu oli dalam menjaga stabilitas kekentalan terhadap pengaruh suhu mesin dan lingkungan baik itu dingin atau panas.

Jika angka indeks SAE kecil, artinya oli semakin encer. Jadi, kemungkinan oli untuk membeku atau mengeras pada suhu rendah semakin kecil.

Hal ini berguna ketika mesin mobil dinyalakan pada suhu dingin, misalnya saat musim salju di negara-negara Eropa atau Amerika.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Oli mobil

Pada oli mesin mobil, biasanya diikuti huruf W singkatan dari winter (musim dingin). Kode ini, artinya penggunaan oli tersebut bisa sampai -20 derajat celcius, misalnya SAE 5W, SAE 10W atau SAE 20W.

Selain kode SAE, juga terdapat kode API. Perlu diperhatikan, oli mesin bensin dengan diesel mempunyai kode API yang berbeda. Pada mesin bensin, umumnya dimulai dengan huruf S, sementara diesel huruf C.

Setelah huruf tersebut, diikuti oleh huruf kedua sesuai abjad. Misalnya SA, SB, SC, SD, SE dan seterusnya.

Huruf kedua tersebut, bisa diartikan untuk mesin mobil yang lebih modern. Adapun standarisasi API ini juga disesuaikan dengan perkembangan jenis mesin mobil.

Umumnya, semakin tinggi huruf kedua akan menunjukkan spesifikasi yang lebih tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya