Makin Terpuruk, 20 Ribu Karyawan Nissan Terancam PHK

Kesengsaran berlanjut bagi Nissan, setelah pabrikan asal Jepang ini berencana untuk melakukan restrukturisasi dan memangkas biaya operasional.

oleh Arief Aszhari diperbarui 26 Mei 2020, 20:02 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2020, 20:02 WIB
Pabrik Nissan
Nissan Juke berada di posisi paling depan di pabrik perakitan Nissan.

Liputan6.com, Jakarta - Kesengsaraan berlanjut bagi Nissan, setelah pabrikan asal Jepang ini berencana untuk melakukan restrukturisasi dan memangkas biaya operasional. Bahkan, pembuat mobil terbesar ketiga di Negeri Matahari Terbit ini harus memangkas kembali para pekerjanya di pabrikan seluruh global.

Melansir Paultan, Selasa (26/5/2020), Juli lalu Nissan dikabarkan akan memangkas sebanyak 12.500 pekerja di 14 basis produksi di seluruh dunia pada Maret 2023 sebagai bagian dari restrukturisasi. Saat ini, seperti dilaporkan Kyodo News, jumlah pemangkasan dapat meningkat menjadi lebih dari 20 ribu pekerja.

Pengurangan terakhir tersebut, tercatat sebanyak 15 persen dari total 139 ribu tenaga kerja Nissan secara global.

Sementara itu, sebelumnya salah satu sumber mengatakan jika penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19 mengharuskan Nissan melakukan restrukturisasi untuk mengembalikan keuntungan perusahaan.

Bahkan, rencananya Nissan tengah mempertimbangkan untuk memangkas pekerja di Eropa dan beberapa negara berkembang, untuk merampingkan operasi produksi dan memulihkan bisnis yang hancur.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pandemi Perburuk Keadaan

Penurunan bisnis yang semakin buruk, ditambah dengan pandemi, telah mendorong Nissan untuk melakukan langkah reformasi tambahan. Bahkan, perusahaan telah menutup pabrik di Spanyol dan Indonesia, serta beberapa pasar negara berkembang lainnya, dan penghapusan merek Datsun,

Rencana perampingan yang dilaporkan bulan lalu ini, diharapkan terungkap dalam rencana jangka menengah manajemen yang akan segera diumumkan. Hal tersebut, kemungkinan mencangkup pengurangan kapasitas output global sebesar 20 persen pada tahun fiskal 2022.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya