Musim Hujan Tiba, Ingat Batasan Terobos Banjir Pakai Skutik

Hujan deras sudah mulai turun di beberapa daerah di Indonesia. Hal tersebut bisa menimbulkan banjir di kawasan tertentu, misalkan saja di DKI Jakarta.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 14:00 WIB
20161004-Pejaten Banjir-Jakarta- Yoppy Renato
Pengendara motor menerobos genangan air di Pejaten Raya, Jakarta, Selasa (4/10). Akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan sejumlah titik di Jakarta tergenang air. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan deras sudah mulai turun di beberapa daerah di Indonesia. Hal tersebut bisa menimbulkan banjir di kawasan tertentu, misalkan saja di DKI Jakarta.

Terlepas dari hal itu, Otolovers pun harus berhati-hati ketika berkendara di tengah guyuran hujan. Bukan hanya soal jalanan yang semakin licin, tetapi juga genangan air atau banjir.

Jika Otolovers mengendarai sepeda motor matik atau skutik, pastikan selalu memperhatikan batas aman saat menerjang banjir agar tidak mogok.

Melansir dari laman Federal Oil, berikut ini batas aman menerjang banjir saat mengendarai motor matik.

Sebelumnya, karena setiap sepeda motor matik memiliki perbedaan dimensi, maka batas amannya pun juga berbeda-beda. Yang terpenting adalah genangan air atau banjir tidak melebihi filter udara. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

CVT

Komponen tersebut biasanya terletak di atas CVT. Umumnya filter udara sejajar dengan foot step belakang dan sedikit di atas dek depan.

Nah, jika genangan air sudah menyentuh foot step belakang dan menggenangi dek depan, maka jangan paksakan untuk terus menerjang banjir. Sebab air bisa masuk ke filter udara dan berpotensi tersedot ke ruang pembakaran.

Akibat terburuknya adalah water hammer. Jika sudah demikian, stang piston bisa bengkok.

Sumber: Otosia.com

Antisipasi Banjir, Pemkot Jakarta Barat Bangun 3 Embung

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprakirakan DKI Jakarta memasuki puncak musim hujan pada Desember 2020, namun mulai akhir September lalu, banjir sudah menghampiri.

Banjir bukan masalah baru bagi Pemprov DKI Jakarta. Oleh karena itu, pada 2020 ini, Pemerintah Kota Jakarta Barat mempersiapkan diri untuk mengantisipasi bencana tersebut. Terutama di kawasan Cengkareng dan Kalideres yang menjadi titik genangan paling lama surut dibanding wilayah Jakarta lainnya.

Curah hujan dengan intensitas sangat tinggi kerap dituding menjadi penyebab banjir, ditambah terjadinya luapan air di saluran utama seperti Kali Mookevart dan Kali Angke yang melimpas ke pemukiman warga.

Selain itu, saluran-saluran pendukung di kawasan tersebut kecil, bahkan beberapa sudah mengalami pendangkalan. Ini membuat pompa air stasioner maupun portabel yang memindahkan air dari aliran pemukiman ke saluran makro yakni kali utama tak dapat bekerja karena ikut terendam.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jakarta Barat membuat tiga embung untuk penampungan air skala besar demi pengendalian banjir.

Pengerjaan embung tersebut dilakukan pada awal Oktober 2020, lantaran beberapa bulan sebelumnya semua unit satuan perangkat kerja daerah (SKPD) Provinsi DKI Jakarta lebih fokus pada penanganan pandemi Covid-19.

Tiga lokasi rawan genangan yang akan dibuatkan embung yakni belakang Rusun Lokbin Tegal Alur, tepatnya di permukiman RT 15/03 dan permukiman warga RW 01, Jalan Dharma Wanita 1, Rawa Buaya serta Kampung Bulak RT 10/1, Semanan, tepatnya belakang Rusun Pesakih.

Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto mengatakan embung di belakang Rusun Lokbin Tegal Alur ini dibangun untuk menampung air hujan serta luapan Kali Semongol.

Pada wilayah ini terdapat sekitar 5.000 meter lahan di belakang rusun yang nantinya bisa dibuat bak penampungan air atau embung. Fungsi utamanya untuk menampung limpasan air dari Kali Semongol,.

Sama halnya dengan antisipasi rawan genangan di Kampung Bulak RW 10/01, Semanan, Kalideres. Rencananya, Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat membangun embung serta pompa air yang dapat mengalirkan air ke Kali Mookevart.

Sementara untuk antisipasi rawan genangan di Jalan Dharma Wanita 1 RW 01, Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, segera dilakukan normalisasi Kali Pecotong.

Rencana normalisasi Kali Pecotong itu meliputi pengerukan sedimentasi berupa lumpur dengan tujuan melancarkan aliran air. Pemkot setempat tengah berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Provinsi DKI Jakarta terkait dengan rencana pengerukan tersebut.

Pembuatan embung serta normalisasi sejumlah saluran air diyakini jadi solusi mengatasi banjir pada tiga lokasi rawan banjir di wilayah tersebut.

Mulai 4 Oktober, Pemkot Jakarta Barat mulai pengerukan tanah di rumah susun Lokbin Tegal Alur, dan Kampung Bulak Rusun Pesakih.

Pembangunan tiga embung di kawasan rawan banjir oleh Pemerintah Kota Jakarta Barat dilakukan secara swadaya.

Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Barat Purwanti Suryandari membenarkan perihal tersebut yang menyebutkan program tersebut tidak menggunakan jasa kontraktor sama sekali, seluruhnya merupakan peran serta warga masyarakat yang tidak ingin pemukimannya kembali tergenang banjir.

Keterlibatan Dinas Pemprov DKI Jakarta dalam program pembangunan tiga embung tersebut dalam hal penyediaan alat keruk ditambah alat keruk milik Sudin SDA Jakbar.

Menurut Purwanti kebijakan antisipasi banjir ini lebih hemat karena anggaran yang dibutuhkan hanya untuk gaji operator alat berat sama bahan bakar.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya