Masih Standar Euro4, Kendaraan dari Indonesia Terancam Ditolak Negara Tujuan Ekspor

Ada indikasi produksi mobil dari Indonesia ditolak oleh negara tujuan ekspor

oleh Arief Aszhari diperbarui 26 Agu 2022, 13:04 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2022, 13:04 WIB
Pemerintah Berencana Memacu Aturan Ekspor Industri Otomotif
Mobil siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal, Jakarta, Rabu (27/3). Pemerintah berencana memacu ekspor industri otomotif dengan harmonisasi skema PPnBM, yaitu tidak lagi dihitung dari kapasitas mesin, tapi pada emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ekspor kendaraan dari Indonesia kini tengah digenjot oleh pemerintah. Bahkan, pada 2025, target pengiriman mobil secara utuh dari dalam negeri ditargetkan mencapai 1 juta unit.

Namun, kenyataannya berbanding terbalik, karena ada indikasi produksi mobil dari Indonesia ditolak oleh negara tujuan ekspor. Pasalnya, mobil buatan Indonesia masih menerapkan standar emisi Euro4, sedangkan di negara tujuan sudah menerapkan standar emisi yang lebih tinggi, seperti Euro5 bahkan Euro6.

Dijelaskan Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), saat ini Indonesia baru mengejar untuk mempersiapkan produk Euro4. Tapi, negara lain justru sudah mengadopsi standar yang lebih tinggi.

"Vietnam tahun 2022 standarnya Euro5, dan otomatis kita tidak bisa ekspor kendaraan bermotor standar Euro4," ujar pria yang akrab disapa Puput, saat konferensi pers Membangun Daya Saing dengan Standar Emisi untuk Percepatan Kendaraan Rendah Emisi, secara virtual, Kamis (25/8/2022).

Lanjut Puput, negara lain banyak yang sudah menerapkan standar emisi Euro6, dan hal tersebut tidak berhubungan dengan isu lingkungan saja. Lebih jauh, ada juga yang berhubungan dengan persaingan dagang.

"Standar Euro kita terlambat untuk kita adopsi. Konsekuensinya, tidak hanya soal lingkungan, tapi juga persaingan dagang. Banyak negara di dunia melakukan strategi menggunakan standar emisi sebagai hambatan perdagangan baru dengan menggunakan isu lingkungan,” tambah Puput.

Sementara itu, ada solusi terkait industri otomotif Indonesia bisa kembali bersaing di pasar ekspor, yaitu kehadiran presiden dalam mendukung penerapan standar emisi yang lebih tinggi dan juga penyediaan bahan bakar yang sesuai dengan teknologi.

Indonesia Rajai Penjualan Mobil di ASEAN Sepanjang Paruh Pertama 2022

Penjualan mobil di Indonesia terus mengalami peningkatan pada 2022. Bahkan, sepanjang Januari hingga Juni, pengiriman roda empat di Tanah Air menjadi yang tertinggi di antara negara Asia Tenggara.

Berdasarkan data dari ASEAN Automotive Federation, penjualan mobil di Indonesia pada paruh pertama 2022 mencapai 475.321 unit. Pencapaian tersebut, meningkat 20,8 persen dibanding periode yang sama pada 2021 hanya 393.466 unit.

Thailand sepanjang semester pertama 2022, menjual sebanyak 457.622 unit, atau meningkat 22,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 373.191 unit. Malaysia mampu menjual sebanyak 331.386 unit sepanjang semester satu 2022, dan meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 249.178 unit.

Sedangkan Myanmar menjual sebanyak 5.848 unit, turun 8,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 6.380 unit. Kemudian Vietnam menjual sebanyak 201.840 unit atau meningkat 34,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 150.481 unit, dan Filipina menjual 154.874 unit, dan Singapura menjual sebanyak 21.965 unit.

Secara total, penjualan mobil di Asia Tenggara sepanjang semester satu 2022 sebanyak 1.648.856 unit atau meningkat 23,2 persen dibanding periode yang sama pada 2021 sebanyak 1.338.864 unit.

 

Delirium, Gejala COVID-19, Gejala Baru COVID-19, Gejala Covid, Gejala Baru Covid
Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya