Liputan6.com, Jakarta - Toyota Raize yang diproduksi di Indonesia mendapatkan hasil mengecewakan di uji keselamatan Latin NCAP. Model yang merupakan kembaran dari Daihatsu Rocky ini, hanya mendapatkan 1 bintang dalam pengujian tersebut.
Disitat dari Paultan, Toyota Raize made in Indonesia, dan dijual di pasar Meksiko, Chili, dan Uruguay ini mendapat skor 41 persen untuk perlindungan orang dewasa, 71 persen untuk perlindungan anak, 59 persen untuk perlindungan pejalan kaki, dan 58 persen untuk sistem bantuan keselamatan.
Baca Juga
Hasil tersebut tidak mengherankan mengingat Toyota Raize ini hanya ditawarkan dengan dua airbag sebagai standar, dan tidak ada bantuan pengemudi sama sekali selain kontrol stabilitas standar.
Advertisement
Perlu dicatat, meski memiliki dua airbag di depan, Raize hanya memberikan perlindungan minim dalam uji tabrakan frontal, terlebih utuk bagian dada dan paha pengemudi.
Perlindungan terhadap benturan dari leher juga terbatas, begitu pula dengan dada pengemudi dalam uji benturan samping dengan penghalang yang dapat dideformasi, dan uji tiang samping tidak dilakukan karena kurangnya kantung udara samping dan tirai.
Meskipun memiliki fitur keselamatan yang sangat minim, Toyota Raize tidak bisa dibilang murah, karena di Chili mobil ini dibanderol mulai dari 11.990.000 peso atau setara Rp 194 juta
Penjualan Terjun Bebas, Toyota Pangkas Produksi Kendaraan Listrik
Toyota Motor telah memangkas rencana produksi kendaraan listriknya pada 2026, hingga sepertiga. Demikian dilansir Asia Nikkei, yang disitat dari Reuters, Minggu (8/9/2026).
Pengurangan produksi ini karena penjualan kendaraan listrik secara global terus menurun.
Toyota mengatakan tidak ada perubahan kepada niatnya untuk memproduksi 1,5 juta unit kendaraan listrik per tahun pada 2026, dan 3,5 juta unit pada 2030. Namun, jenama asal Jepang ini menyebut angka tersebut bukanlah target, melainkan tolak ukur bagi para pemegang saham.
Memproduksi 1 juta unit kendaraan listrik per tahun merupakan usaha yang ambisius bagi Toyota, yang telah berupaya lebih keras dalam mengembangkan kendaraan hibrida, dan hanya menjual sekitar 104 ribu unit kendaraan listrik tahun lalu.
Sementara itu, kendaraan listrik saat ini menyumbang sekitar 1 persen dari penjualan globalnya.
Awal pekan ini, produsen mobil Swedia, Volvo Cars, membatalkan targetnya untuk beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik pada 2030, dengan mengatakan kemungkinannya masih akan menawarkan beberapa model hibrida dalam jajaran produknya saat itu.
Di Amerika Serikat, General Motors (GM) dan produsen mobil lainnya telah menunda atau membatalkan model listrik baru untuk menghindari pengeluaran besar, pada kendaraan yang tidak dibeli konsumen secepat yang diantisipasi.
Advertisement