Liputan6.com, Jakarta - Relawan TemanAhok yang bertugas sebagai  pendamping ahli bidang administrasi dan regulasi pilkada, I Gusti Putu Artha, membantah isu yang menyebut dia mundur dari kelompok pendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok itu.
Dia pun menjelaskan isi percakapannya di Whatsapp (WA) pada 17 Juni 2016, yang dilakukan dengan para aktivis muda Bali.
"Pembicaraan WA yang beredar, benar pembicaraan saya dengan aktivis muda Bali (bernama) Visi Muda Bali, sebuah grup anggota 20-an orang. Kejadiannya 17 Juni 2016. Konteks pembicaraan soal analisis apakah Ahok akan maju via independen atau parpol," ucap Putu kepada Liputan6.com, Kamis (21/7/2016), di Jakarta.
Mengenai ucapan ada soft landing yang telah disiapkan Ahok, Putu menjelaskan, hal itu dimaksudkan jika nanti Ahok memilih jalur parpol, haruslah tetap mengajak TemanAhok agar para relawan tak merasa kecewa dan blunder.
"Konteks soft landing dalam WA itu, jika Ahok masuk via parpol pasti akan mengajak TemanAhok, bicara agar tidak kecewa dan blunder. Saya tidak dalam posisi di WA memastikan dan tahu bahwa Ahok akan maju via jalur mana," ungkap mantan Komisioner KPU itu.
Putu juga membantah bahwa dia telah membenarkan pernyataan politikus PDIP, Adian Napitupulu. Kata dia, penilaian Adian yang dimaksud olehnya benar semua yaitu kecenderungan Ahok sangat besar ke parpol. Bukan tentang keraguan validasi KTP yang telah dikumpulkan relawan pendukung Ahok tersebut.
"Bukan dalam konteks kinerja TemanAhok. Di pembicaraan WA kami tak ada menilai kinerja TemanAhok. Murni konteks kalimat itu, respons saya yang sepakat atas penilaian Adian, bahwa kecenderungan Ahok via parpol," jelas Putu.
Akibat pembicaraan WA yang beredar, Putu merasa bersalah dengan rekan relawan lainnya di TemanAhok.
"Saya merasa bersalah, walau saya tahu pembicaraan di WA itu biasa-biasa. Saya katakan di WA satu lagi, jika kawan-kawan relawan tidak nyaman gara-gara soal ini. Saya siap secara moral mundur. Tapi mereka melarang. Posisi saya tidak jadi mundur," tutup Putu.