Kasus Spanduk Provokatif, Djarot Minta Tokoh Agama Turun Tangan

Djarot menilai perlunya campur tangan tokoh agama agar kasus Nenek Hindun tidak kembali terulang.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 13 Mar 2017, 15:35 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2017, 15:35 WIB
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Spanduk provokatif yang berisi penolakan salat jenazah pembela penista agama berbuntut panjang. Nenek Hindun sudah menjadi korban ketika jenazahnya ditolak disalatkan musala setempat. Hal ini karena Nenek Hindun merupakan pemilih Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam Pilkada DKI 2017 putaran pertama yang lalu.

Meski Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengungkapkan sebanyak 147 spanduk bernada provokatif yang tersebar di sejumlah tempat tersebut telah diturunkan Satpol PP dan warga, tetapi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai perlunya campur tangan tokoh agama.

Menurut Djarot, campur tangan tokoh agama ini untuk memberikan imbauan kepada warga agar tidak mudah terprovokasi sejumlah pihak, terutama dalam masa menjelang Pilkada DKI 2017 putaran dua.

"Seharusnya ulama, tokoh agama turun tangan, paling tidak memberikan imbauan. Ini Kepolisian, Pemprov turun tangan," ujar Djarot usai blusukan di Pasar Timbul Tomang, Jakarta Barat, Senin (13/3/2017).

Dengan demikian, lanjut Djarot, kasus seperti yang dialami Nenek Hindun di Setiabudi, Jakarta Selatan, tidak akan terulang kembali. "Kementerian Agama paling enggak kasih imbauan dong. Begitu juga tokoh ulama, tokoh agama. Beri imbauan, jangan (tidak menyalatkan) sehingga kasus Nenek Hindun atau yang di Pondok Pinang enggak terulang lagi," paparnya.

Namun, Djarot mengapresiasi tindakan yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi dan aparat kepolisian yang telah melakukan tindakan represif dengan mencopot spanduk-spanduk provokatif tersebut.

"Saya suka itu (spanduk dicopot), tegas itu, kami dorong semuanya," tegas Djarot.

Sebelumnya, spanduk yang berisi penolakan menyalati jenazah pembela penista agama banyak terpasang jelang Pilkada DKI 2017 putaran dua. Salah satunya di daerah tempat Nenek Hindun tinggal hingga ketika sang nenek 78 tahun tersebut meninggal tidak ada yang menyalatinya.

Nenek yang sudah tidak bisa berjalan itu ketika pencoblosan Pilkada DKI 2017 pada 15 Februari lalu diketahui warga memilih Ahok-Djarot. Hal itu disaksikan oleh beberapa orang hingga akhirnya tersebar dan sang nenek beserta keluarganya dikucilkan karena dituduh memilih sang penista agama.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya